SOLOPOS.COM - Sekjen PBB, Ban Ki-moon,(JIBI/dok))

Sekjen PBB, Ban Ki-moon, berbicara dalam konferensi iklim di Doha, Qatar, Selasa (4/12/2012). (news.yahoo.com)

DOHA – Setelah Jerman dan Amerika Serikat (AS), giliran Sekjen PBB, Ban Ki-moon, yang memperingatkan penguasa Suriah agar tak menggunakan senjata kimia untuk melawan pemberontak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ban memperingatkan adanya “konsekuensi besar” jika Presiden Suriah, Bashar al-Assad menggunakan senjata pemusnah massal tersebut. Ban juga menegaskan tidak akan mendukung kesepakatan suaka bagi Assad sebagai cara untuk mengakhiri perang saudara di negara itu dan memperingatkan PBB tidak mengizinkan “impunitas” bagi siapa pun.

“Saya kembali menghimbau dalam istilah yang paling kuat, mereka [rezim Assad] tidak seharusnya mempertimbangkan menggunakan jenis senjata mematikan pemusnah massal,” kata Ban di sela-sela konferensi iklim di Qatar, Selasa (4/12/2012).

“Saya telah memperingatkan, jika dalam hal apa pun [senjata kimia] digunakan, maka akan ada konsekuensi besar dan mereka harus bertanggung jawab,” tandas Ban seperti dilansir yahoonews, Rabu (5/12/2012).

Suriah diyakini memiliki ratusan bahkan ribuan ton bahan kimia, termasuk gas mustard, gas terik, dan gas syaraf lebih mematikan daripada gas sarin dan VX, ujar para ahli.

Damaskus telah mengatakan pihaknya tidak akan menggunakan senjata tersebut pada rakyatnya sendiri bahkan jika mereka dipaksa. Suriah merupakan salah satu negara yang ambil bagian dalam Protokol Jenewa 1925 tentang pelarangan senjata kimia dalam perang.

Namun intelijen AS telah melihat tanda-tanda Suriah mulai memindahkan bahan-bahan berbahaya itu ke dalam fasilitas senjata kimia baru-baru ini, meskipun tidak yakin apa makna pemindahan itu. Jika terbukti Suriah berencana menggunakan senjata kimia, para pejabat AS mengatakan, Gedung Putih dan sekutunya telah menimbang opsi militer untuk mengamankan senjata kimia dan biologi Suriah.

Di Qatar, saat ditanya tentang potensi kesepakatan suaka untuk menurunkan Assad dari kekuasaannya, Ban menolaknya. “Barangsiapa melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia harus bertanggung jawab dan harus dibawa ke pengadilan. Ini adalah prinsip fundamental,” tandasnya.

Bulan lalu, dalam sebuah wawancara dengan Russia Today, Assad bersumpah dirinya tidak akan mau dipaksa ke pengasingan. Assad menegaskan dirinya akan “hidup dan mati di Suriah.”

Peringatan Ban ini datang pada saat pertempuran sekitar Ibu Kota Suriah, Damaskus, semakin mendekati pusat wilayah kekuasaan Assad. Bentrokan antara pemberontak dan pasukan rezim telah meningkat di pinggiran kota dalam beberapa pekan terakhir.

Tekanan meningkat dari para pejuang oposisi di Ibu Kota telah meningkatkan kekhawatiran Assad atau pasukannya akan melakukan langkah-langkah putus asa, seperti menyerang negara-negara tetangga Turki atau Israel, hingga menggunakan senjata kimia.

Pemberontakan Suriah dimulai dengan protes damai pada Maret 2011 dan meningkat menjadi perang saudara yang oleh oposisi diklaim telah menewaskan lebih dari 40.000 orang. Sejauh ini, kedua belah pihak telah menolak seruan internasional untuk melakukan perundingan sebagai solusi kekerasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya