SOLOPOS.COM - Sebuah truk militer Korea Selatan yang mengangkut artileri swagerak diparkir di pinggir jalan raya bebas hambatan di Gapyeong, sekitar 60 km timur laut Ibukota Korea Selatan, Seoul, Selasa (9/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Sebuah truk militer Korea Selatan yang mengangkut artileri swagerak diparkir di pinggir jalan raya bebas hambatan di Gapyeong, sekitar 60 km timur laut Ibukota Korea Selatan, Seoul, Selasa (9/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Sebuah truk militer Korea Selatan yang mengangkut artileri swagerak diparkir di pinggir jalan raya bebas hambatan di Gapyeong, sekitar 60 km timur laut Ibukota Korea Selatan, Seoul, Selasa (9/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

SEOUL – Mahasiswa asal Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Korea Selatan masih belum akan mengungsi meski situasi di Semenanjung korea makin memanas dan pemerintah Korea Utara merilis peringatan agar semua warga asing pergi dari Korea Selatan.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

“Kami masih belum mengungsi, karena pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) masih mengimbau untuk menjalani aktivitas secara normal,” ujar salah seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Seoul National University (SNU) Ginanjar Mahardikatama ketika dihubungi di Seoul. Menurut mahasiswa jurusan administrasi publik tersebut, imbauan resmi untuk tetap menjalani aktivitas secara normal tersebut, diterbitkan oleh pihak KBRI di Seoul melalui lamannya pada hari Kamis (4/4/2013) lalu. “Sejauh ini kondisi di Korea Selatan sendiri masih normal, belum ada aktivitas khusus, bahkan warga Korea juga belum ada yang masuk [mobilisasi] militer,” ucapnya.

Selain itu, Ginanjar juga mengutarakan bahwa jika memang ada serangan, para pelajar dan WNI diimbau untuk segera berkumpul di KBRI untuk tindakan lebih lanjut. “Kalau memang ada serangan, akan ada sirene peringatan terlebih dahulu baru kemudian berkumpul di KBRI,” tutur Ginanjar.

Sebelumnya Korea Utara pada Selasa mengatakan bahwa semenanjung Korea sedang mengarah kepada perang “termo-nuklir” dan menyarankan para warga asing untuk meninggalkan Korea Selatan. Peringatan hari Selasa itu muncul setelah imbauan serupa pekan lalu yang disampaikan kepada kedutaan-kedutaan asing di Pyongyang agar mereka mengungsi paling lambat pada 10 April karena perang mungkin akan terjadi.

Peringatan pekan lalu bagi kedutaan-kedutaan di Pyongyang juga ditepis sebagai retorika kosong dan sebagian besar pemerintah asing menjelaskan bahwa mereka tidak berencana untuk menarik personelnya. “Situasi di Semenanjung Korea sudah mendekati perang termo-nuklir,” kata Komite Perdamaian Asia-Pasifik dalam pernyataan yang dimuat oleh kantor berita resmi Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA).

Pernyataan itu menyebutkan bahwa mereka tidak menginginkan warga asing “jatuh menjadi korban” dan karena itu meminta semua lembaga, perusahaan dan wisatawan asing untuk “mengambil langkah mencari perlindungan dan mengungsi”.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengkritik Pyongyang atas “pernyataan tidak perlu yang hanya akan meningkatkan ketegangan”. Ancaman “perang termo-nuklir” telah dilancarkan beberapa kali dalam bulan-bulan terakhir ini –yang paling baru adalah pada 7 Maret– kendati para pakar menganggap bahwa kemampuan Korea Utara mengembangkan senjata nuklir canggih itu masih belum cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya