SOLOPOS.COM - Ribuan umat Buddha dan para biksu dari dalam maupun luar negeri melakukan peribadatan saat puncak perayaan Hari Asadha di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (26/7/2015). Perayaan Hari Asadha yang ditandai dengan pelantunan Tipitaka dilaksanakan untuk memperingati khotbah pertama Sang Buddha Gautama setelah mencapai penerangan sempurna. (JIBI/Solopos/Antara/Hari Atmoko)

Krisis kemanusiaan yang tengah dialami etnik Rohingya berimbas dengan rencana aksi yang digalang dengan hastag #SaveRohingya di Candi Borobudur.

Semarangpos.com, SEMARANG – Rencana aksi solidaritas bagi warga etnik Rohingya–minoritas muslim di Myanmar–yang tengah dilanda krisis dan tragedi kemanusiaan, Jumat (8/9/2017) lusa, rupanya tidak akan membuat Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah (Jateng) ditutup.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Unit PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Chrisna Murti Adiningrum, menyebutkan untuk saat ini pihaknya belum menerima instruksi dari aparat keamanan agar objek wisata itu ditutup sementara. “Sejauh ini, info yang kami terima Borobudur tetap buka seperti biasa. Hanya saja pengamanannya lebih diperketat oleh aparat kepolisian. Wisatawan yang datang nanti akan diperiksa lebih dulu oleh aparat kepolisian yang berjaga di sekitar kawasan Candi Borobudur,” ujar Chrisna saat dihubungi Semarangpos.com, Kamis (7/9/2017).

Sebelumnya, memang muncul wacana agar Candi Borobudur ditutup sementara dan hanya menerima kunjungan wisatawan yang telah memesan tiket sejak jauh hari. Wacana itu disampaikan Sekda Provinsi Jateng, Sri Puryono, seusai menghadiri rapat antara Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkominda) dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Gedung A Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Rabu (6/9/2017).

[Baca juga Imbas Aksi #Saverohingya, Pemprov Jateng Ingin Borobudur Ditutup]

“Intinya kami patuh dengan aparat kepolisian. Kalau ditutup enggak masalah. Soal untung rugi [karena ditutup] kami enggak pikirkan yang terpenting keamanan,” ujar Chrisna.

Wacana penutupan Candi Borobudur mencuat setelah adanya rencana aksi solidaritas bagi etnik Rohingya yang didukung sejumlah ormas di salah satu situs warisan dunia yang diakui UNESCO–badan khusus PBB untuk kerja sama pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Terkait rencana itu, aparat kepolisian sudah bertekad menggagalkan. Bahkan, aparat kepolisian dari Polda Jateng akan menerjunkan ribuan personel guna menghalangi massa yang datang ke Candi Borobudur untuk menggelar aksi.

[Baca juga Kapolda Ingin Massa Bubar Bakda Salat Jumat]

Candi Borobudur yang berwujud candi Buddhisme namun oleh sebagian kalangan umat Islam diyakini juga sebagai peninggalan Nabi Sulaeman tersebut, kini bukan lagi tempat ibadah yang terbuka untuk umum, melainkan objek pariwisata yang dikelola PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero).  Setiap pengunjung yang hendak memasuki lokasi candi itu dikutip uang pengganti tanda masuk sebagai penghasilan negara, tak terkecuali umat Buddha yang kadang kala datang untuk beribadah di candi tersebut. Pengunjung juga diwajibkan mematuhi aturan-aturan konservasi benda cagar budaya selama dalam pelataran candi.

Aksi #Saverohingya yang digagas digelar di Candi Borobudur, Jumat besok, dikabarkan didukung 200 organisasi kemasyarakatan (ormas). Aksi itu akan dimulai dengan salat Jumat berjemaah di masjid dekat Candi Borobudur dan dilanjutkan longmarch dengan mengenakan pakaian serba putih. Aksi ini kabarnya akan diikuti jutaan orang baik dari Jateng maupun daerah lain, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya