SOLOPOS.COM - Seorang perempuan mengungsi seraya menggendong harta benda dan anaknya di Minova, sekitar 45 km barat Kota Goma, Republik Demoktratik Kongo, yang dikuasai pasukan pemberontak. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Seorang perempuan mengungsi seraya menggendong harta benda dan anaknya di Minova, sekitar 45 km barat Kota Goma, Republik Demoktratik Kongo, yang dikuasai pasukan pemberontak. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

KINSHASA – Pasukan pemberontak M23 pada Selasa (27/11/2012) dilaporkan telah setuju untuk mundur dari wilayah Goma di timur Republik Demokrasi Kongo, yang pekan lalu berhasil mereka rebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam pertemuan darurat para pemimpin kawasan akhir pekan lalu, para pemimpin negara kawasan Afrika tengah menyerukan agar pasukan pemberontak segera meninggalkan Goma pada Senin. Hari ini seorang komandan senior pemberontak, Kolonel Antoine Manzi menyatakan mereka akan mematuhi seruan itu. Panglima M23, Sultani Makenga Senin kemarin terbang ke Uganda untuk melakukan perundingan dan kemudian kepala staf militer Uganda Aronda Nyakayirima kepada kantor berita Reuters menyatakan pemberontak sepakat mundur dari Goma dan kota lain yang berdekatan, Sake, pada Selasa sore waktu setempat.

Menurut laporan BBC, para pemimpin kawasan juga akan menerjunkan pasukan gabungan dari sejumlah negara yang netral untuk mengamankan wilayah Goma.

Di sisi lain, pemerintah Rwanda yang bertetangga dengan Kongo melaporkan sekelompok pemberontak Suku Hutu telah menyerang wilayahnya yang tak jauh dari kota perbatasan Goma di Kongo. Baik pemberontak M23 maupun para pemimpin Rwanda berasal dari Suku Tutsi dan kedua suku ini punya riwayat selalu bentrok selama bertahun-tahun. Juru bicara militer Rwanda, Joseph Nzabamwita kepada kantor berita AFP menyatakan sekitar 100 anggota militan Democratic Forces for the Liberation of Rwanda (FDLR) telah menyerang Desa Cyanzarwe dan Bugesh di Rwanda. “Saat ini ada yang kabur lagi ke Kongo dan yang lainnya masih bersembunyi di pedalaman Rwanda,” katanya.

Simone Schlindwein, wartawan koran Jerman TAZ di Goma, menyebut situasi di wilayah perbatasan itu sangat membingungkan dan banyak sekali isu yang berseliweran. Ada laporan penembakan di Kibumba, sekitar 30 km utara Goma, wilayah yang selama ini dikuasai pemberontak M23. Sejumlah sumber menyebut pemberontak FDLR belum lama ini menyusup masuk Kibumba sebelum melancarkan serangan ke wilayah Rwanda Senin malam. Namun menurut Simone kemudian FDLR telah menyangkal melakukan serangan itu.

Rwanda selama ini terkait dengan aksi pemberontakan di wilayah Kongo karena menjadi pendukung para pemberontak itu. Rwanda berkilah mereka melakukan itu demi mencegah pemberontak Suku Hutu menyerang mereka. Pemimpin Rwanda, Paul Kagame, naik ke tampuk kekuasaan pada 1994 setelah berakhirnya perang sipil yang diwarnai tragedi kemanusiaan berupa aksi saling bantai antara etnis Tutsi dan Hutu. Tokoh-tokoh yang terlibat pembantaian itu kemudian kabur ke wilayah yang kini menjadi Republik Demokratik Kongo (DRC).

Pemberontak M23 sendiri adalah kelompok yang tadinya bergabung dengan pasukan pemerintah DRC dan terdiri atas etnis Tutsi yang minoritas. Nama M23 diambil dari tanggal 23 Maret, tanggal saat pada 23 Maret 2009 terjadi perjanjian damai yang belakangan disebut mereka telah dilanggar oleh pemerintah DRC. Kabarnya mereka didukung oleh Rwanda dan Uganda, meski mereka sendiri dan kedua negara itu menyangkal hal itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya