Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Parni, pedagang tahu dan tempe di Pasar Johar Semarang mengatakan dua hari lalu dagangannya sempat tidak laku karena mahal harganya. “Kemarin kami tidak jualan karena takut nggak laku lagi, jadi tunggu kondisi membaik,” katanya hari ini.
Dia mengatakan naiknya harga kedelai secara otomatis mendongkrak harga tahu tempe. Masalahnya, lanjut Parni, pedagang sudah sulit untuk menaikkkan harga tempe dan tahu, karena di tingkat konsumen sudah cukup tinggi.
“Jadi kalau terpaksa harus dinaikkan, bisa dipastikan nggak laku mas, kemarin saja sudah saya coba dinaikkan penjualannya langsung menurun,” kata Parni. Dia menjelaskan setiap hari biasanya bisa menjual tahu tempe sebanyak
170 kg tahu dan 160 bungkus tempe. Sekarang ini dalam dua hari barang dagangannya belum juga habis karena penjualannya makin menurun.
Mulyati, pedagang tahu dan tempe lainnya, mengatakan belakangan ini dia terpaksa tidak terlalu mengambil untung dari dagangnya untuk menjaga kelangsungan usaha. “Yang pasti harga tahu dan tempe dari perajin sejak dua pekan lalu sudah naik, hla kalau saya naikkan lagi, pembeli bisa lari semua mas,” katanya.
Saat ini harga tahu per 10 biji dari produsen sudah naik dari sebelumnya Rp4.500 menjadi Rp5.500. Sedangkan dirinya menjual ke konsumen naik dari Rp5.000 menjadi Rp6.000. ”Sekarang setiap hari kulakannya naik, sedangkan hasil dari penjualan sudah tidak bisa nutup untuk kulakan lagi,” ujarnya,
Jika kedepan harga kedelai terus meningkat yang kemudian juga berdampak pada terus naiknya harga tahu tempe, maka tidak menutup kemungkinan dirinya akan berhenti total dalam berjualan.
”Sebenarnya ada cara lain dengan mengurangi ukuran, namun itu sama saja penjualannya menurun. Sehingga kalau harganya naik terus, daripada ruginya tambah banyak lebih baik tidak jualan,” terangnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh pedagang tahu tempe lainnya, Murniyati. Ditengah tingginya harga, penjualan tahu tempe ditempatnya juga terus menurun.”Dengan harga yang sama dan ukuran yang diperkecil, minat pembeli jadi berkurang,” imbuhnya.
Untuk menekan kerugian, Murniyati pun mengaku mengurangi jumlah pembelian ke produsen. Jika sebelumnya untuk tahun 90 kg per hari, kini dikurangi menjadi 70 kg per hari.