SOLOPOS.COM - Ilustrasi.dok

Ilustrasi.dok

BANTUL-Kemampuan finansial dua klub sepak bola di DIY, Persiba Bantul dan PSIM Jogja nyaris di ujung tanduk. Alih-alih untuk membayar gaji pemain, dua tim tertua di DIY itu justru tengah bergulat dengan hutang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Juara Liga Ti-Phone 2010/2011, Persiba Bantul terancam gagal menyelesaikan kompetisi, menyusul beliyan hutang mencapai Rp2 miliar. Nilai hutang tersebut merupakan akumulasi dari hutang musim lalu yang mencapai Rp700 juta.

Hal inilah yang mendorong manajemen Laskar Sultan Agung, pesimistis mampu bertahan hingga kompetisi selesai. Padahal untuk menyelesaikan kompetisi Indonesia Premier League 2013, dibutuhkan dana minimal Rp6 miliar.

“Sedangkan kami sama sekali sudah tak punya uang,” kata Direktur PT. Bantul Golsport Indonesia (BGI) Idham Samawi kepada wartawan, Rabu (25/5/2013).

Mantan Bupati Bantul itu mengaku belum akan melakukan komunikasi dengan pemain. Hal itu dilakukan karena pembayaran gaji pemain, masih aman hingga bulan Juni saja. Dirinya hanya akan menemui pemain jika memang kondisinya sudah benar-benar tak memungkinkan untuk melanjutkan kompetisi.

”Kalau memang sudah menyerah, kami [manajemen] akan bicara langsung dengan pemain. Setidaknya, kami usahakan sampai Juni mendatang, keuangan masih bisa diupayakan kok,” tuturnya.

Ditengah sulitnya mencari sponsor dan tambahan dana secara mandiri, Idham mengaku sangat kecewa dengan pihak PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) selaku operator liga. Janji pemberian revenue sharing, gagal direalisasikan.

“Padahal, revenue sharing itu lumayan, setidaknya, Rp1 miliar untuk satu klub,” ungkapnya.

Setali tiga uang, kondisi PSIM pun tak jauh berbeda dengan saudara mudanya. Klub yang memiliki sejarah panjang sebagai klub tertua di DIY tersebut kini juga tengah mengalami krisis keuangan.

Direktur Teknik PSIM, Dwi Irianto menuturkan selepas April lalu, pihaknya memang sudah tak lagi memiliki kekuatan finansial lagi.

”Sesuai yang saya sampaikan dulu, kondisi keuangan kami itu akan aman sampai April saja. Selepas itu, kami belum tahu,” ucapnya.

Dari hasil pertemuan terakhir yang digelar manajemen, Selasa (21/5) lalu, tak ada keputusan apapun terkait dengan perkembangan finansial. Itu artinya, manajemen PSIM pun bisa dikatakan sama sekali tak memiliki uang.

Padahal, sama dengan Persiba Bantul, PSIM juga masih terbelit beberapa hutang. Terlepas dari persoalan kewenangan, setidaknya PSIM masih menunggak hutang pembayaran sewa stadion sebesar Rp51,9 juta. Hutang itu merupakan beban sewa pemakaian stadion selama tahun 2012 yang sampai kini belum diselesaikan oleh pihak manajemen dan Panpel PSIM.

”Meski sebenarnya perlu dipetakan dulu, hutang itu mana yang jadi kewenangan manajemen, dan mana yang bukan jadi kewenangan manajemen. Tapi bagaimanapun, karena menyangkut PSIM, kami semua tetap harus bertanggung jawab,” akunya.

Tak hanya itu, manajemen PSIM juga masih menunggak separuh gaji pemain dan pelatih serta gaji penuh perangkat tim lainnya. Dari kabar yang diterima, besaran total gaji pemain dan pelatih PSIM untuk bulan Mei adalah sebesar Rp165 juta. Selain itu, bonus kemenangan kandang para pemain PSIM ketika berhasil menumbangkan Persewangi Banyuwangi 11 Mei lalu sebesar total Rp12,5 juta pun juga belum terbayarkan.

Namun berbeda dengan Persiba Bantul, manajemen PSIM jauh lebih optimistis, karena biaya operasional mereka lebih kecil. Hal inilah yang membuat manajemen mengaku bisa segera menyelesaikan hutang-hutangnya itu.

”Terutama gaji pemain. Jadi saya berharap, pemain tetap fokus saja. Soal gaji, secepatnya akan kami bayar,” tegasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya