SOLOPOS.COM - Bendera Myanmar saat ini. (Freepik.com)

Solopos.com, NAYPYITAW – Myanmar disebut berada dalam kondisi krisis ekonomi seusai militer berhasil merebut kekuasaan, tetapi gagal menyejahteraan rakyat.

Bank Dunia melaporkan ekonomi negara tersebut ikut merosot, dan dampaknya berdampak ke berbagai sektor.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Fakta suram itu diungkap di laporan Economic Recovery in East Asia and Pacific Faces Setback. Prakiraan ekonomi Myanmar disebut minus 18 persen pada 2021, terparah di Asia Tenggara. Berbagai masalah ekonomi pun menghantui Myanmar.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini : 12 Oktober 1492, Colombus Sampai ke Benua Amerika

“Perebutan militer di Myanmar di Februari 2021 dan melonjaknya kasus Covid-19 telah berdampak parah ke ekonomi,” tulis Bank Dunia di situsnya, dikutip Liputan6 Senin (11/10/2021)

“Aktivitas ekonomi terdampak oleh berkurangnya mobilitas, ketenagakerjaan, dan pendapatan, serta disrupsi layanan perbankan, transportasi, dan telekomunikasi.”

Ada lagi problema tentang pengungsian. Sedikitnya 206.000 orang di Myanmar yang mengungsi sejak kudeta miliar. Laporan Relief Web menyebut kesulitan pengungsi mendapatkan akses kesehatan, bahkan ada ibu-ibu yang melahirkan di hutan.

Menurut laporan The Economic Times, mata uang kyat turun 60 persen sejak awal September. Dolar juga makin langka di Myanmar, sehingga makin banyak tempat penukaran uang yang tutup.

Baca Juga: Tak Bisa Nonton Sepak Bola karena Belum Vaksin, Presiden Brasil Kesal

Laporan Bank Dunia menyorot ekonomi delapan negara berkembang di ASEAN, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam Myanmar, Kamboja, dan Laos.

Pemulihan tertinggi di 2021 diprediksi dicapai oleh Vietnam dengan 4,8 persen, kemudian disusul Filipina dengan 4,3 persen. Ekonomi Indonesia diprediksi hanya 3,7 persen saja, selanjutnya ada Malaysia dengan 3,3 persen, dan Kamboja yakni 2,2 persen. Pertumbuhan Laos hanya 0,5 persen. Ekonomi China akan diprediksi mereka 8,5 persen pada 2021.

Pada 2022, Indonesia diprediksi ekonominya naik sampai 5,2 persen. Namun, Vietnam akan melesat 6,5 persen, sementara Malaysia dan Filipina akan mencapai ke 5,7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya