SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Krisis air Solo, warga Baluwarti membuat sumur dangkal setelah sumur mereka surut sebagai dampak pembangunan Pasar Klewer.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah warga di RT 001/RW 002 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, terpaksa membuat sumur bor baru setelah volume air sumur umum di wilayah mereka tiba-tiba surut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Salah satu warga RT 001/RW 002 Baluwarti, Darmadi, 46, mengaku telah mengeluarkan uang hingga Rp2 juta untuk membikin sumur bor dangkal sedalam 19 meter (m) di pekarangan rumahnya. Dia terpaksa membuat sumur baru karena tidak bisa lagi menyedot air dari sumur umum di wilayahnya yang mengering. Baca juga: Air Sumur di Baluwarti Mengering, Warga Resah

Darmadi menyebut banyak warga di RT 001/RW 002 Baluwarti terpaksa membuat sumur baru. “Saya habis Rp2 juta untuk membuat sumur bor. Uang itu untuk membayar pekerja yang nusuk [mengebor] tanah dan membeli pipa air. Untung saya masih bisa pakai mesin pompa air lama jadi tidak perlu keluar uang lebih banyak. Tapi tidak tahu dengan warga lain. Saya menghitung sudah ada sembilan warga yang akhirnya bikin sumur bor,” terang Darmadi saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Selasa (22/11/2016).

Darmadi menduga air sumur warga surut lantaran pengaruh pembangunan Pasar Klewer yang menyedot banyak air tanah. Dia menyampaikan  gangguan suara bising dan kepulan debu akibat pembangunan Pasar Klewer selama ini bisa ditangani dengan cepat. Baca juga: Pemkot Benarkan Klewer Sebabkan Sumur Warga Mengering

Namun, Darmadi khawatir dengan dampak pembangunan Pasar Klewer terhadap ketersediaan air tanah. “Gangguan suara bising dan debu bisa disiasati dengan cepat. Tapi bagaimana dengan persoalan krisis air yang muncul? Bukannya tidak mudah untuk ditangani dengan cepat? Setelah sekian lama digunakan baru kali ini sumur umum warga surut. Kami khawatir sekali. Jangan-jangan sumur bor yang telah kami buat ini nanti juga mengering akibat pembangunan Pasar Klewer,” ujar Darmadi.

Warga RT 001/RW 002 Baluwarti lainnya, Sri Sulastri Dewi, 41, juga terpaksa membuat sumur bor dangkal akibat volume air sumur umum yang dia andalkan surut. Dia membuat sumur bor pada September lalu.

Sri mengeluarkan uang hingga Rp2 juta untuk membuat sumur bor dangkal. Uang tersebut untuk membayar pekerja Rp1,5 juta dan membeli mesin pompa air Rp400.000.

“Warga dulu menyedot air bersih di sumur umum menggunakan mesin pompa. Sekarang sudah tidak bisa lagi seperti itu. Warga terpaksa membuat sumur baru di rumah masing-masing. Air di sumur umum telah mengering. Warga tidak bisa lagi menyedot air dari sumur umum. Yang ada malah air bercampur pasir kalau warga nekat tetap menyedot air dari sumur umum,” jelas Sri.

Sri mengatakan kondisi air sumur umum di belakang Sasana Mulya Keraton Solo tidak pernah surut sama sekali sebelum ada proyek pembangunan Pasar Klewer. Menurut dia, warga sempat rebutan air saat sumur umum mulai mengering.

Sri menceritakan warga juga sampai harus berlomba-lomba untuk lebih dahulu menghidupkan mesin pompa air di rumah masing-masing untuk menyedot air dari sumur umum.

Sri telah membuat sumur bor dangkal sedalam 15 meter (m). Dia tidak lagi mengalami krisis air setelah membuat sumur baru.

Sri menyebut air yang keluar dari sumur baru tersebut berwarna jernih dan tidak berbau sehingga bukan hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci, melainkan layak juga dikonsumsi atau dimasak. Meski demikian, dia masih merasa kecewa karena harus menanggung kerugian akibat pembangunan Pasar Klewer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya