SOLOPOS.COM - Warga Kampung Gambuhan RT 004/RW 003 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, menunjukkan sumurnya yang mengering, Senin (19/9/2016). Warga berharap sering terjadi hujan agar air sumur kembali terisi. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Krisis air di Solo dirasakan warga Baluwarti, Pasar Kliwon yang mengeluhkan sumur mereka mengering.

Solopos.com, SOLO – Sejumlah warga Kampung Gambuhan RW 002 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo resah lantaran air sumur di wilayah mereka semakin surut atau mengering.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua PKK RT 003/RW 005 Baluwarti, Nur Rohmi, 40, mengatakan warga merasakan air sumur mulai surut sejak sebulan yang lalu. Dia mencontohkan salah satu air sumur warga yang sebelumnya bisa ditimba menggunakan ember pada kedalaman 5 meter dari permukaan tanah, sekarang berunah menjadi 15 meter dari permukaan tanah. Nur menyebut warga terpaksa harus mengganti tali pada alat timba.

“Di Baluwarti warga tidak pernah pusing dengan ketersediaan air bersih. Kami bisa menemukan air pada sumur yang dibuat dengan kedalaman hanya 5 meter. Baru kali ini warga merasa waswas. Air sumur semakin mengering. Banyak sumur kerek yang asat. Biasanya air bisa diambil di kedalaman 5 meter. Sekarang air turun hingga kedalamam 15 meter,” kata Nur saat ditemui Espos di rumahnya, Senin (19/9/2016).

Nur mengatakan warga Kampung Gambuhan yang menggunakan sumur bor dangkal juga merasakan krisis air. Kapasitas air yang keluar dari sumur bor dangkal semakin sedikit. Dia yang juga memanfaatkan sumur bor dangkal mengeluh harus menghabiskan waktu lebih lama setiap kali mengisi air bersih. Nur menyebut sebelum krisis air, keran di rumahnya bisa mengeluarkan air dengan kapastias besar.

“Air mulai surut beberapa bulan terakhir. Namun, baru begitu terasa dampaknya sebulan ini. Sekarang air keluar ngitir [sedikit]. Beda sekali dengan kondisi air sebelumnya. Saya contohkan, biasanya hanya butuh waktu 10 menit untuk mengisi penuh bak mesin cuci. Sedangkan sekarang saya harus menunggu sampai 45 menit. Urusan rumah tangga banyak yang terpengaruh,” papar Nur Rohmi.

Disinggung soal penyebab air sumur di Baluwarti terus mengering, Nur Rohmi menyampaikan, warga menduga terpengaruh dengan proyek pembangunan Pasar Klewer. Warga menduga proyek besar pembangunan Pasar Klewer menggunakan air tanah permukaan sehingga mempengaruhi ketersediaan air tanag bagi warga Baluwarti. Menurut dia, masalah krisis air telah menjadi topik hangat perbincangan warga sebulan terakhir.

“Ibu-ibu PKK tidak kalah heboh dengan bapak-bapak saat menggelar rapat RT atau RW. Ibu-ibu ramai membicarakan fenomena krisis air yang baru kali ini terjadi di Baluwarti. Banyak warga yang resah. Informasinya perwakilan warga sudah pernah menemui pelaksana proyek pembangunan Pasar Klewer. Namun, belum ada solusi. Air sumur semakin surut,” jelas Nur.

Salah satu warga RT 004/RW 003 Baluwarti, Ngatmi, mengaku harus pergi ke toilet umum untuk memperoleh air bersih beberapa pekan terakhir. Dia tidak bisa mengambil air di dalam sumur menggunakan alat timba karena air semakin surut atau mengering. Alat timba manualnya tidak bisa menjangkau air. Ngatmi berharap sering terjadi hujan agar sumur terisi air.

“Saya mendengar krisis air bukan hanya di Kampung Gambuhan, tapi juga di Suryomijayan, Sasonomulyo, Tamtaman, hingga Carangan. Saya mendengar keluhan dari warga di sana. Ternyata nasib kami sama. Tapi saya yakin yang terparah di Gambuhan. Wilayah kami paling dekat dengan lokasi pembangunan Pasar Klewer. Warga mengamini air sumur surut karena dipengaruhi pembangunan Pasar Klewer,” jelas Ngatmi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya