SOLOPOS.COM - Sejumlah perempuan yang datang dari beberapa kecamatan di Boyolali sedang mencuci pakaian dan tikar di kawasan Umbul Tlatar, Kebonbimo, Boyolali. Menipisnya persediaan air di rumah membuat mereka rutin mengunjungi kawasan wisata air tersebut untuk mencuci. (JIBI/SOLOPOS/Dian Erika Nugraheny)

Sejumlah perempuan yang datang dari beberapa kecamatan di Boyolali sedang mencuci pakaian dan tikar di kawasan Umbul Tlatar, Kebonbimo, Boyolali. Menipisnya persediaan air di rumah membuat mereka rutin mengunjungi kawasan wisata air tersebut untuk mencuci. (JIBI/SOLOPOS/Dian Erika Nugraheny)

Meski hujan sudah mulai turun, namun kekurangan air masih terasa di banyak daerah, salah satunya di Boyolali. Warga yang kekurangan air pun mencoba menyisati kebutuhan mereka dengan berbagai cara, salah satunya “mengungsi” ke sumber-sumber air, antara lain untuk mencuci.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di kawasan Umbul Tlatar misalnya, warga yang datang mencuci bahkan datang dengan menggunakan mobil pikap. Warti, 50, salah seorang perempuan yang mencuci mengatakan seminggu sekali ia dan tetangganya pergi ke Umbul Tlatar untuk mencuci baju. Terkadang, ia juga membawa karpet dan tikar untuk dicuci. “Hari ini kami datang berduapuluh orang, sepuluh ibu-ibu mencuci, sementara sepuluh anak berenang. Cucian yang dibawa ya satu bak mobil pikap, itu dari sepuluh keluarga. Di lingkungan tempat tinggal kami, air memang terbatas,” kata warga Dusun Bendo, Kecamatan Ampel ini kepada Solopos.com.

Meski berasal dari PDAM, persediaan air di rumahnya masih minim. Air tersebut hanya dapat ia gunakan untuk mandi dan memasak, sedangkan untuk minum ia membeli air bersih dari jeriken. Menurutnya, di sekitar tempat tinggalnya tidak ada sungai atau sumber air lain yang dapat dimanfaatkan. “Jadi ya kami terbiasa kemari, tapi ramai-ramai supaya hemat. Kalau belum ada temannya ya belum kemari. Tiket masuk duapuluh orang dan satu pick-up Rp20.000, kami tanggung bersama,” paparnya.

Saat ditanya tentang kebersihan hasil cucian, Warti dan beberapa rekannya kompak menjawab, “Ya anggap saja bersih Mbak, hla wong tidak ada tempat lain. Di sini kan gratis dan airnya melimpah. Kami ngirit kalau pakai baju, biar bisa tahan lama, kan tidak setiap hari bisa nyuci,” kata mereka. Selama ini mereka juga belum pernah merasakan penyakit tertentu akibat cara mencuci tersebut.

Yani, 25, warga Ampel lain juga memilih mencuci baju di Tlatar karena terbatasnya persediaan air di rumahnya. Ia mengatakan, air dari PDAM hanya mengalir sekitar 17 hari selama sebulan. Padahal, jumlah keluarganya lima orang. Hal ini membuat cucian di rumahnya sering menumpuk. “Nyuci di sini ya baru sekali ini. Air di rumah pas menipis dan kebetulan pas ada waktu luang, jadi semua baju kotor dan karpet saya bawa buat dicuci. Biasanya ya dicuci dengan air seadanya di rumah,” ujarnya.

Kekurangan air tidak dialami Miskamti, 27 dan Warni, 40, dua perempuan asal Kecamatan Cepogo. Dua perempuan yang mencuci sembilan tikar, beberapa karpet dan taplak meja tersebut memilih Tlatar karena ukuran dan jumlah cucian. Mereka mengatakan, tidak ada lahan yang cukup luas untuk mencuci dalam partai besar di tempat asal mereka. “Ini juga karena habis mantu [melangsungkan upacara pernikahan]. Memang orang-orang di daerah kami setelah mantu nyucinya perkakas ya kemari. Kalau soal air di runah sebenarnya lancar,” terang Miskamti.

Kepala UPT Kawasan Wisata Tlatar, Wijayanti, mengaku sulit mencegah perilaku masyarakat tersebut. Menurutnya, selama air yang mengalir dari Umbul Asem dan Umbul Pengilon volumenya masih besar dan tidak ada keluhan dari pemilik sawah di sekitar Tlatar, masyarakat masih diperbolehkan mencuci. Ke depannya, ia sudah memiliki wacana untuk membuat satu tempat mencuci khusus yang dapat dimanfaatkan masyarakat. “Supaya rapi, kami berencana membuat tempat khusus mencuci di belakang kolam renang besar. Tapi tentu saja pelaksanaannya bertahap setelah penertiban kios di sini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya