SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, SUKOHARJO-- Puluhan warga di RT 001/RW007, Dusun Tugusari, Desa Kamal, Kecamatan Bulu patungan dana guna melanjutkan proyek pengeboran sumur dalam yang mangkrak. Mereka kesulitan mendapatkan air bersih selama lebih dari sebulan memasuki musim kemarau.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Sabtu (5/6/2021), proyek pengeboran sumur merupakan program nasional penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) senilai Rp250 juta yang dibiayai oleh pemerintah pusat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Proyek pengeboran sumur dalam itu dikerjakan oleh pemborong pada beberapa bulan lalu. Tanpa alasan jelas, pihak pemborong tak mau melanjutkan pengerjaan proyek dan menghilang.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Gunungkidul Bertambah 20 Menyusul Munculnya Klaster Pabrik Tas

Proyek pengeboran sumur dalam mangkrak selama berbulan-bulan. Padahal, proyek pengeboran sumur dalam itu menjadi harapan warga setempat yang kerap dilanda krisis air bersih saat musim kemarau.

"Warga setempat lantas berinisiatif melanjutkan pengeboran sumur dalam. Sebagian dana diambil dari kas ronda sisanya patungan warga setempat. Total dana yang terkumpul senilai Rp30 juta," kata anggota DPRD Sukoharjo asal Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Hardi Widodo, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu.

Hardi menyebut dana itu digunakan untuk membayar jasa pengeboran sumur dalam dan operasional lainnya. Proyek lanjutan pengeboran sumur dalam dikerjakan sejak lima hari lalu. Sejumlah pekerja mengoperasikan mesin bor guna mencari sumber air.

Baca Juga: Pesepeda Solo Raih Motor di Virtual Cycling RS Indriati Solo Baru

Mengandalkan Bantuan Pemerintah

Selama krisis air bersih, warga setempat hanya mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah maupun program coorporate social responsibility atau CSR perusahaan.

"Pengeboran sumur dalam untuk mencari sumber air yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mudah-mudahan berhasil sehingga warga tak lagi kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau. Ini solusi permanen untuk mengatasi krisis air bersih," ujar dia.

Politikus Partai Gerindra ini menambahkan sejatinya ada puluhan sumur dalam yang tersebar di wilayah Sukoharjo bagian selatan. Namun, debit air sumur dalam menyusut secara perlahan saat musim kemarau. Sehingga warga tetap mengandalkan bantuan air bersih selama musim kemarau.

Baca Juga: Juli Jadi PTM? Ini Sikap Dinas Pendidikan Sukoharjo dan Karanganyar

Kepala Desa Kamal, Widodo, mengatakan pemerintah desa mengucurkan anggaran senilai Rp25 juta untuk menambah biaya operasional pengeboran sumur dalam program Pamsimas. Sehingga total anggaran pengerjaan pengeboran sumur dalam program Pamsimas senilai Rp275 juta.

Hardi menduga pemborong kesulitan mencari sumber air saat melakukan pengeboran di tanah. Dia tak mengetahui secara pasti penyebab pemborong tak melanjutkan pengerjaan proyek tersebut.

"Proyek itu belum diserahkan kepada pemerintah desa karena pihak pemborong menghilang. Jadi tidak benar pemerintah desa tidak memperhatikan nasib warganya yang kesulitan mencari air bersih. Kami menambah biaya operasional pengeboran sumur dalam senilai Rp25 juta dari dana desa," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya