SOLOPOS.COM - Warga Desa Sumberwungu, Tepus sedang mengantre air yang disalurkan oleh Kepolisian DIY dengan menggunakan water canon, Jumat (18/9/2015). (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Krisis air bersih di Gunungkidul mendapat perhatian dari berbagai pihak, sehingga banyak bantuan air bersih datang. Namun, warga membutuhkan bak penampungan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Bantuan di musim kemarau yang didominasi dropping air bersih menjadi masalah tersendiri bagi warga yang tinggal di wilayah utara Gunungkidul. Ketiadaan bak penampungan membuat warga tidak bisa menyimpan air dalam jumlah yang besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk itu, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Gunungkidul Dwi Warna Widi Nugraha berharap bantuan yang diberikan oleh pihak ketiga tak hanya berupa bantuan dropping air bersih. Sebab warga juga butuh infrastruktur pendukung yang lain, misalnya bak penampungan air.

“Kalau bisa jangan hanya air, tapi juga menyasar infrastruktur pendukung yang lain. Kalau bisa dibuatkan sumur, tapi jika tidak dibuatkan bak penampungan sudah cukup,” kata Dwi Warna, Jumat (16/10/2015).

Dia menjelaskan, variasi bantuan ini dianggap penting. Perbedaan karakteristik dan budaya antara wilayah utara dan selatan menjadi pertimbangan sendiri. Tidak dipungkiri, bagi masyarakat di wilayah pesisir kepemilikian bak penampungan merupakan hal yang lumrah, sementara kondisi itu sangat jarang dimiliki oleh warga yang tinggal di wilayah utara.

“Bisa dilihat seperti di daerah Semin dan Ngawen tidak ada fasilitas bak penampungan,” tuturnya.

Menurut Dwi Warna, keberadaan bak penampungan sangat membantu warga, khususnya mereka yang tinggal di wilayah utara. Selain bantuan air tidak terbuang percuma, fasilitas itu juga menghindarkan truk pengangkut air dari risiko kecelakaan.

“Itulah kenapa saya menekankan agar sekali pengiriman bisa langsung habis di satu lokasi. Sebab jika tidak habis akan berbahaya bagi sopir angkutan,” katanya.

Dia menjelaskan, di saat tangki air hanya berisi separuh maka tekanan air di dalam menjadi lebih kuat karena adanya ruang yang kosong. Hal berbeda saat kondisi bak terisi penuh, di mana tekanan yang muncul akan lebih ringan, karena tidak ada goncangan saat kendaraan berjalan.

“Saya takut terjadi kecelakaan, jadi saya mengimbau agar sekali pengiriman air bisa langsung habis. Andaikan warga sudah tidak muat menampung, sisa air bisa dimasukan bak sebagai tambahan cadangan,” urai pria berkacamata ini.

Lebih jauh dikatakan Dwi Warna, bantuan air bersih yang tercatat hingga sekarang sudah mencapai 2.000 tangki air. Dia menyakini, jumlah penyaluran di lapangan bisa lebih banyak lagi, karena banyak bantuan yang langsung disalurkan ke masyarakat tanpa pemberitahuan resmi ke dinas.

“Saya sudah buat edarannya ke desa-desa atau kecamatan. Tapi faktanya masih saja ada yang tidak melapor saat menerima bantuan,” katanya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya