SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Kantor Kecamatan Tamansari, Boyolali, Rabu (22/12/2021). (Solopos.com/Candra Putra Mantovani)

Solopos.com, BOYOLALI—Permasalahan krisis air bersih masih menghantui warga di lima desa Kecamatan Tamansari, Boyolali. Secara estimasi, total uang yang dikeluarkan warga setempat untuk membeli air bersih saat musim kemarau bisa tembus hingga Rp2 miliar per tiga bulan.

Fakta tersebut diungkapkan oleh Camat Tamansari, Wur Laksono, ketika berbincang dengan Solopos.com di ruangannya Rabu (22/12/2021). Dia mengatakan hingga saat ini dari total 10 desa di Kecamatan Tamansari, terdapat lima desa yang menjadi langganan krisis air bersih setiap tahun. Krisis air terjadi disebabkan kondisi geografis wilayah tersebut yang sulit untuk menemukan sumber air.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kondisi krisis air di Tamansari itu adalah permasalahan klasik dan terjadi setiap tahun ketika musim kemarau. Faktor penyebab utamanya adalah geografis yang tidak mendukung meskipun ada penelitian yang menyebutkan masih ada sumber air namun membutuhkan biaya besar dan sulit untuk dilakukan,” jelas dia.

Baca Juga: Kejari Wonogiri Tahan 2 Tersangka Korupsi Hibah Sapi

Wur menjelaskan untuk menangani masalah krisis air bersih, warga setempat menggunakan metode penampungan air hujan saat musim penghujan. Sehingga biaya pengeluaran warga untuk membeli air bersih bisa ditekan. Meskipun begitu, dari kalkulasi yang dilakukan, total uang pribadi yang dikeluarkan warga untuk membeli air bersih dinilai masih sangat besar.

“Kami sudah mengkalkulasi dengan estimasi pengeluaran paling sedikit yang dikeluarkan oleh total warga terdampak krisis air bersih. Hasilnya kalkulasi per tiga bulan saat musim kemarau itu bisa mencapai angka Rp2 miliar untuk membeli air bersih. Itu sangat besar sekali hanya untuk kebutuhan air bersih. Bahkan karena di sini banyak yang punya hewan ternak, pengeluaran untuk air bisa lebih besar lagi,” ungkap dia.

Meskipun faktor yang memengaruhi adalah geografis, namun Wur mengaku tidak mau masyarakatnya menyalahkan alam. Dia mengaku saat ini masih berupaya untuk mencari solusi alternatif dalam hal penyelesaian masalah tersebut.

Baca Juga: Alun-Alun Wonogiri Ditutup Total 2 Hari, Lampu Dipadamkan

Salah satunya menerima tawaran Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta dalam hal bantuan dan pendampingan. Menurutnya saat ini LPTP Surakarta sudah membantu membuatkan sumur dalam di Desa Jemowo untuk memenuhi kebutuhan air sekitar 200 keluarga.

“Selain itu ada pendampingan untuk sistem penampungan air hujan. Meskipun sistem ini sudah dilakukan beberapa tahun lalu oleh masyarakat, tapi secara pemanfaatan yang benar belum. LPTP mendamping untuk lebih memperhatikan sisi kesehatan dan teknis-teknis lainnya,” beber dia.

Sementara itu, koordinator kegiatan pendampingan dari LPTP Surakarta, Daryanto, mengatakan permasalahan krisis air bersih menjadi permasalahan klasik di Tamansari. Selain memberikan edukasi, pihaknya juga membuatkan dua tempat penampungan air hujan untuk umum dan milik pribadi masyarakat. Pihaknya juga menggelontorkan bantuan uang sebagai stimulan agar masyarakat bisa memperbaiki tempat penampung air hujan sesuai edukasi yang diberikan.

Baca Juga: Objek Wisata Wonogiri Boleh Buka, Alun-Alun Tutup saat Pergantian Tahun

“Karena setelah kami cek, meskipun layak dikonsumsi tapi tingkat kekeruhannya cukup tinggi di tempat penampungan air hujan. Kami edukasi agar bisa jernih nanti dan kami beri stimulan untuk ratusan masyarakat di sana sebagai biaya perbaikan. Semoga ini bisa meringankan beban permasalahan air bersih di sini,” ucap dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya