SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan tehadap anak (liputan6.com)

Kriminalitas Boyolali, Pemkab Boyolali sepanjang tahun ini mendampingi 27 anak korban kasus kekerasan.

Solopos.com, BOYOLALI — Sedikitnya 27 anak di Boyolali mendapatkan perlindungan pemerintah akibat kekerasan seksual dan fisik yang mereka alami.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jumlah tersebut terdeteksi setelah masyarakat melaporkan adanya kasus kekerasan anak-anak di lingkungan mereka.

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Boyolali, Darsih Wiryastuti, mengatakan jumlah kasus kekerasan seksual dan fisik yang menimpa anak-anak di Boyolali itu memang meningkat dibandingkan tahun lalu.

Namun, meningkatnya angka itu disebabkan kian meningkatnya kesadaran warga untuk melaporkan kasus-kasus kekerasan terhadap anak. “Jadi, tren masyarakat saat ini mereka tak takut melaporkan adanya kekerasan terhadap anak di lingkungan mereka sehingga tahun ini sudah ada 27 kasus yang dilaporkan kepada kami,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara peringatan Hari Anak Sedunia di Pendapa Alit Boyolali, Sabtu (19/11/2016) malam.

Peringatan Hari Anak Sedunia dihadiri 200-an anak dan remaja, para pejabat, dan Bupati Boyolali Seno Samodro. Selain diisi renungan, acara juga dimeriahkan musikalisasi puisi tentang pentingnya perlindungan anak-anak.

Darsih melanjutkan laporan kekerasan seksual di Boyolali masih menempati urutan teratas dibandingkan kekerasan lainnya. Kasus kekerasan seksual ibarat gunung es.

Tak sedikit anak-anak menjadi korban kebiadaban orang-orang terdekatnya, tak terkecuali ayah mereka. “Kasus-kasus seperti ini banyak yang ditutupi keluarganya karena dianggap aib. Padahal, ini kejahatan. Ayah kan mestinya melindungi anak, bukan malah menodai. Kalau tak dilaporkan, nasib anak bisa lebih parah,” papar dia.

Darsih tak menyebutkan secara eksplisit daerah mana yang kerap mendominasi jumlah kasus tersebut. Kasus tersebut merata hampir di semua wilayah.

“Kami punya tim P2TP2A [Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak] yang terus mengajak dan menyadarkan masyarakat untuk tak takut melaporkan kasus kekerasan anak di lingkungan mereka,” terang dia.

Khusus kasus kekerasan psikis, Darsih menyebutkan wilayah Kecamatan Selo cukup jumlah kasusnya. Bentuk kekerasannya berupa paksaan kepada anak-anak untuk menikah sebelum cukup umur.

Bahkan, ada anak yang kabur dan minta perlindungan Pemkab Boyolali lantaran mau dinikahkan orang tuanya. “Di sana, orang tua masih memegang kultur lama yakni menikahkan anak di usia dini. Kami masuk ke sana secara intensif dan menyadarkan orang tua agar tak menikahkan anaknya sebelum lulus sekolah,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya