SOLOPOS.COM - Sejumlah petugas dari Inafis Unit Identifikasi sedang melakukan olah tempak kejadian perkara perampokan di PT BPR Berlian Bumi Arta, Sinduadi, Mlati, Sleman, Kamis (25/8/2016).(Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

Kriminal Sleman trjadi berupa perampokan BPR Berlian Bumi Arta

Harianjogja.com, SLEMAN- Wajah Setyo mencoba tenang usai kepalanya ditodong pistol oleh salah seorang perampok. Dia yakin betul, bisa melewati kegentingan itu meskipun nyawa di ujung tanduk.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

(Baca juga : PERAMPOKAN SLEMAN : Lumpuhkan Karyawan, Perampok Gasak Uang Tunai)

“Bagian belakang kepala saya langsung ditodong pistol. Kemudian kedua tangan saya diikat oleh perampok lainnya,” kata Setyo salah seorang karyawan BPR Berlian Bumi Arta (BBA) usai aksi perampokan di siang bolong itu, Kamis (25/8/2016).

Saat itu, Setyo berada di bagian belakang kantor BPR itu. Saat ada temannya yang bilang ada orang membawa pistol, dia langsung bernisiatif keluar dari pintu samping kantor itu.

“Saya mau keluar untuk menutup pintu gerbang sembari minta tolong. Saya tahu pintu keluarnya,” cerita dia.

Sayang, sebelum niatnya menutup pintu gerbang tercapai, salah seorang perampok lebih dulu mencegatnya di pintu samping kantor. Sepertinya, keenam perampok langsung menyebar ke sejumlah titik untuk melumpuhkan karyawan.

“Keburu ditodong pistol, kemudian tangan saya diikat ke belakang mata dilakban. Mereka menyuruh kami tiarap,” cerita pria yang sudah belasan tahun bekerja di bank tersebut.

Bersambung halaman 2

Dia menjelaskan, 11 karyawan disekap di ruang operasional. Sebagian merupakan karyawan perempuan. Tidak hanya direksi, teller, front office hingga office boy juga dikumpulkan di ruang itu yang posisinya berada di pojok bagian belakang.

Masing-masing kedua tangan mereka diikat menggunakan tali rafia oleh keenam perampok. Hanya satu karyawati perempuan yang tidak diikat saat itu karena sedang hamil.

Drama penyekapan dan perampokan itu terjadi sekitar 15 menit saja. Cukup singkat dan rapi. Selama disekap, para karyawan hanya menerima bentakan dan perintah yang keluar dari mulut para perampok. Tidak terdengar letusan senjata api dalam ruangan sekitar 5X5 itu.

Mereka menyuruh salah salah seorang karyawati untuk membuka brankas dan mengambil uang di dalamnya. Jumlah kerugian masih belum dirilis resmi oleh kepolisian. Namun diperkirakan, para perampok membawa lari sekitar Rp100 juta dari bank itu.

Letas Kantor PT BPR Berlian Bumi Arta hanya sekitar 200 meter dari Markas Depom TNI di Jalan Magelang Km 5,2, Sinduadi Mlati. Di atas pintu gerbang itu, masih terpasang spanduk Dirgahayu memperingati HUT RI ke 71.

Jarak antara jalan raya dengan kantor tersebut sekitar 50 meter. Praktis, saat terjadi perampokan, tak ada warga yang mengetahuinya karena lokasi gedung menjorok masuk. Selain itu, kebisingan lalu lalang kendaraan bermotor di ruas jalan yang padat itu juga cukup menguntungkan kawanan perampok.

Bersambung halaman 3

Sebelum mencapai kantor dan parkir di sekitar lokasi, pengunjung melewati sebuah bangunan kecil yang ditempati Satpam. Sayangnya, hanya ada satu security yang berjaga dan berhasil dilumpuhkan.

Sementara, security lainnya saat kejadian melakukan pengawalan ke bank lainnya di wilayah Ringroad Selatan. “Saya lihat ada orang mendekat lalu berdiri, saat mau menanyakan sudah ditodong pistol,” kata Firman salah seorang security yang saat itu berada di posnya.

Kantor BPR itu memiliki dua CCTV yang terpasang di sekitar luar kantor. Satu CCTV memonitor lalu lintas pengunjung yang masuk dan keluar, sementara satu CCTV lainnya merekam kondisi parkir di sisi selatan gedung.

Sayangnya, saat kejadian tidak diketahui apakah perampok berhasil merusak kabel rekaman CCTV atau tidak. Komplotan perampok hanya memutus line telepon saat itu.

Pascaperampokan, kondisi di dalam kantor terlihat rapi, tidak acak-acakan layaknya kasus perampokan lainnya. Semua perangkat kantor terlihat masih rapi di meja masing-masing. Tampaknya para karyawan tidak ada yang melakukan perlawanan.

“Yang membuka tali pengikat dan lakban di mata itu karyawan perempuan yang tidak diikat karena hamil. Kemudian kami melaporkan kejadian itu ke polisi,” tutur Setyo.



Kini petugas kepolisian dari Polres Sleman masih melakukan olah TKP. Termasuk personil Inafis unit identifikasi secara cermat mencari bukti-bukti yang kemungkinan ditinggalkan para pelaku. Adakah keterlibatan orang dalam? Polisi masih mendalami kasus ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya