SOLOPOS.COM - Ilustrasi(JIBI/Harian Jogja/marketing.c0.id)

Ilustrasi(JIBI/Harian Jogja/marketing.ci.id)

JOGJA-Hingga pertengahan 2012, kredit pertambangan non migas yang disalurkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI naik 42%, dari posisi Rp 1,74 triliun pada akhir 2011 menjadi Rp2,12 triliun di akhir Semester I 2012.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI mengatakan, pertumbuhan itu terjadi karena layanan perbankan yang diberikan BNI kepada sektor pertambangan, baik migas dan non-migas, merupakan salah satu sektor unggulan yang diprioritaskan.

Secara umum, kredit pertambangan BNI masih didominasi oleh pertambangan di sektor migas. Selama 2011 lalu, kredit BNI di sektor minyak, gas, dan pertambangan tumbuh signifikan sebesar 68% menjadi Rp 11,9 triliun.

“BNI berkomitmen untuk terus mendukung industri pertambangan baik dari sisi pembiayaan maupun fasilitas transaksi perbankan lainnya,” kata Gatot, Rabu (17/10/2012)

BNI melihat pertambangan merupakan salah satu dari delapan sektor unggulan yang diprediksi akan berkembang dalam 5 (lima) tahun ke depan dan menjadi fokus ekspansi bisnis BNI. Ke delapan sektor tersebut adalah pertanian, komunikasi, kelistrikan, perdagangan, minyak, gas dan pertambangan, konstruksi dan industri permesinan, industri makanan dan minuman dan, kimia serta pupuk.

Komitmen BNI mendukung industri pertambangan non migas dinilai sejalan dengan  program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang disusun oleh pemerintah. Dalam MP3EI, pertambangan non-migas berupa batubara, nikel, tembaga dan bauksit merupakan bagian dari 22 kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus area pengembangan pemerintah.

Dari 6 (enam) koridor ekonomi pada MP3EI, Pemerintah juga telah mengidentifikasi 4 (empat) koridor (Sumatra, Kalimantan, Sulawasi dan Papua-Maluku) yang memiliki fokus pada pengembangan sektor pertambangan dan energi.

Kredit perbankan pada sektor pertambangan non-migas tumbuh dari Rp 15,2 triliun pada 2009 menjadi Rp50,4 triliun pada pertengahan 2012. Pertumbuhan tersebut mencapai rata-rata sekitar 50% per tahun atau jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan total kredit perbankan yang rata-rata berkisar 25% per tahun. Pertumbuhan yang signifikan tersebut, didukung pula oleh rasio non performing loan (NPL) sektor pertambangan non-migas yang menurun dari 4,4% pada 2009 menjadi 0,9% pada pertengahan 2012.

“Mengingat besarnya potensi pertambangan di Indonesia, adalah tidak mengherankan jika Produk Domestik Bruto pertambangan non migas terus tumbuh dari Rp 254 triliun pada  2009 menjadi Rp394 triliun pada 2011,” tambahnya.

Selain itu, kontribusi pertambangan non-migas dalam perekonomian Indonesia juga terus meningkat dari 6,0% di  2009 menjadi 6,8% pada 2011. Peningkatan peran tersebut, terutama dipicu oleh pertumbuhan sektor batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya