SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kredit (JIBI/Harian Jogja/bisnis.com)

Kredit perbankan menunjukkan gejala pelambatan. Namun perbankan tampaknya tetap optimistis.

Solopos.com, SOLO—Penyaluran kredit perbankan hingga triwulan pertama melambat jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini karena dipengaruhi melambatnya perekonomian ekonomi.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Ismet Inono, menyampaikan rata-rata pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan I tahun lalu mencapai 21% jika dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy) tapi tahun ini hanya sekitar 12,3% yoy. Hal ini sangat jauh dari target penyaluran kredit perbankan, yakni 20%.

Meski begitu, dia menyampaikan hingga kini belum ada perbankan yang merevisi target. Hal ini karena perbankan kondisi akan membaik dan pertumbuhan penyaluran pembiayaan sesuai yang diharapkan hingga akhir tahun.

“Pelambatan penyaluran kredit ini menunjukkan aktivitas ekonomi masyarakat menurun sehingga pertumbuhan ekonomi tidak bisa maksimal. Pelambatan paling besar terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yakni hanya tumbuh 14,48% yoy yang merupakan pertumbuhan terendah selama dua tahun terakhir,” ungkap Ismet kepada wartawan, Rabu (6/5/2015).

Dia menjelaskan penurunan terbesar terjadi pada subsector perdagangan besar dan eceran, yakni 10,34% yoy. Hal ini diindikasikan sebagai dampak dari turunnya aktivitas pedagangan setelah Pasar Klewer terbakar.

Selain itu, pelambatan juga terlihat dari penurunan jumlah pendaftaran endaraan bermotor. Pelamahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai menyumbang lesunya aktivitas perdagangan.
“Perbankan memang cenderung wait and see mengingat kondisi perekonomian belum stabil. Oleh karena itu, ekspansi penyaluran kredit belum gencar. Penyaluran lebih banyak dilakukan kepada nasabah existing,” jelasnya.

Meski begitu, kredit modal kerja tercatat masih memberi sumbangan tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 17% yoy. Disusul pertumbuhan kredit investasi sebanyak 7% yoy kemudian kredit konsumsi tumbuh 2,9% yoy. Meski begitu, pangsa pasar terbesar penyaluran tetap di sektor PHR, yakni 35% dan industri pengolahan sebanyak 28%.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan cukup signifikan, yakni sekitar 5,2% jika dibandingkan bulan sebelumnya, yakni mencapai 18,6% menjadi Rp48,64 triliun. Dia menjelaskan peningkatan ini disumbang dari giro yang tumbuh 37,3% yang diperkirakan merupakan dropping dana kepada pemerintah daerah di Soloraya. Hal tersebut membuat loan to deposit ratio (LDR) menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya, yakni dari 115,34% menjadi 110,95%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya