SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung rupiah. (Rachman/JIBI/Bisnis)

Kredit macet bank perkreditan rakyat di Jateng dicatat Otoritas Jasa Keuangan mencapai 7,36%.

Semarangpos.com, SEMARANG Otoritas Jasa Keuangan mencatat non performing loan bank perkreditan rakyat (BPR) di Jawa Tengah mencapai 7,36% per Juni 2017. Jumlah ini berada di atas rata-rata kredit bermasalah BPR secara nasional.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Statistik Perbankan Indonesia per Juni yang dikeluarkan OJK per Agustus 2017 lalu menunjukan NPL sebesar 6,93%. Namun, jika ditarik ke belakang dalam era pengawasan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, NPL BPR secara nasional ini terus membesar dari tahun ke tahun. Tercatat NPL 2012 sebesar 4,75%, 2013 (4,41%), 2014 (4,75%), 2015 (5,37%), 2016 (5,83%).

Direktur Pengawas Lembaga Jasa Keuangan Regional  3 Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta Hizbullah mengatakan meski NPL berada di atas 5%, tidak ada BPR di Jawa Tengah yang masuk dalam pengawasan khusus oleh otoritas. Pasalnya regulator melihat pengelola BPR masih mencatatkan untung.

“BPR agak berbeda dengan bank umum. Bank umum [capai] threshold di atas 5% kondisinya parah.  Kalau BPR NPL di atas 5% masih untung. Jadi NPL 5%-7% masih menghasilkan laba,” kata Hizbullah di Kota Semarang, Kamis (31/8/2017).

OJK mencatat asset BPR secara nasional hingga Juni 2017 mencapai Rp116,64 triliun. Sedangkan untuk wilayah Regional 3 mencapai Rp31,4 triliun. Jumlah ini terdiri atas aset BPR di wilayah Yogyakarta senilai Rp5,4 triliun. Sedangkan aset BPR di Jateng senilai Rp26 triliun.

“BPR likuiditasnya masih bagus. Masih tumbuh dengan baik, sehingga masih bisa dilakukan kegiatan. CAR-nya juga tinggi di atas 20%, kondisinya masih bagus dan terkendali,” katanya.

Dia mengatakan untuk ukuran aset, kredit yang dikucurkan hingga penghimpunan dana pihak ketiga, BPR di Regional 3 berada di atas rata-rata nasonal. Untuk aset misalnya, jika secara nasional hanya tumbuh 10,18%, maka BPR Jateng dan DIY tumbuh 12,51%.

Untuk kredit pertumbuhan di OJK Regional 3 mencapai 11,37%. Jumlah ini juga di atas rata-rata nasional yang hanya 9,56%. Sedangkan dana pihak ketiga yang dikumpulkan tumbuh 12,45% di atas rata-rata nasional 10,84%. “Kondisi Jawa Tengah jauh lebih baik dengan rata-rata perbankan nasional.”

Kepala OJK Kantor Regional III Jateng & DIY Moch. Ihsanudin mengatakan otoritas memfokuskan perkembangan bisnis dalam pengawasan terhadap BPR. Sejauh ini, kata dia, perkembangannya masih bagus karena perusahaan masih mencatatkan laba. Ihsan sendiri pada Senin (4/9/2017) akan dilantik menjadi Deputi Komisioner Pengawas IKNB ini.

Sementara itu, statistik OJK mencatat kategori NPL BPR di Jawa Tengah mencapai Rp1,49 triliun. Jumlah ini tumbuh 15,50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,29 trilun.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya