SOLOPOS.COM - ilustrasi kredit bermasalah (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan umum di Soloraya menembus Rp8,59 triliun pada April 2020.

Angka tersebut mencapai 10,43% dari total nilai kredit perbankan umum di Soloraya. Tingginya angka kredit macet ini dipicu tidak lancarnya pembayaran kredit salah satu debitur besar yang merupakan perusahaan tekstil di Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Eko Yunianto, mengatakan persentase kredit bermasalah ini naik signifikan dari rasio kredit bermasalah pada April 2019 yang hanya 2,31%. Bahkan, rasio NPL ini lebih besar daripada rasio NPL Jawa Tengah yang hanya 4,96%.

Pegiat Pendidikan: PJJ Jangan Sekadar Beri Tugas untuk Siswa di Rumah

“Penyebabnya adalah salah satu debitur besar di bidang tekstil yang tidak lancar membayar kredit sejak September 2019 lalu. Terlebih satu debitur ini kontribusinya mencapai 30% terhadap total jumlah debitur yang tidak lancar lainnya. Kondisi ini sangat memengaruhi NPL secara keseluruhan lantaran outstanding loan-nya besar,” jelas dia saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (17/6/2020).

Eko menjelaskan pihaknya telah berkoordinasi dengan industri jasa keuangan dalam melakukan monitoring terhadap angka kredit bermasalah yang semakin memburuk tersebut.

Ironi Lomba Kebersihan Makam Madiun, 22 Nisan Diterjang Demi Juara 3

Kredit Bermasalah April Lebih Baik Daripada Maret

Menurutnya, jika kondisi ini tak segera diperbaiki, maka berdampak pada pengurangan potensi pendapatan industri jasa keuangan.

Selain itu, adanya pandemi Covid-19 juga turut berdampak pada kondisi keuangan masyarakat. Eko mencatat kredit macet April 2020 ini lebih baik daripada Maret 2020 yang mencapai 10,58% atau menunjukkan penurunan sebesar 2,60%.

Begitu halnya dengan nilai NPL-nya, jika April 2020 tercatat Rp8,59 triliun, maka Maret 2020 mencapai Rp8,8 triliun atau turun Rp379,33 juta.

Awas! Covid-19 Mengancam Anak-Anak

Di sisi lain, NPL tertinggi berdasarkan wilayah di Soloraya adalah Kota Solo yang mencapai 13,67%. Setelah itu, Sragen dengan kredit bermasalah 2,23%, disusul Karanganyar 2,15%, Klaten 2,14%, Boyolali 2,05%, Sukoharjo 1,9%, dan Wonogiri 1,86%.

Meski kredit bermasalah naik, kinerja perbankan di Soloraya cukup positif dengan masih mengalami pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Jiki dilihat secara year on year (dibandingkan tahun sebelumnya), kredit masih mengalami pertumbuhan sebesar 5,97% dan dana pihak ketiga atau DPK tumbuh sebesar 4,99%.

Nyesek! 22 Makam di Madiun Diterjang Menjadi Jalan, Ternyata Demi Lomba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya