SOLOPOS.COM - Empat orang anggota tim mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan berpose dengan pesawat tanpa awak Aquacopter buatan mereka.(JIBI/Solopos/Insetyonoto)

Kreativitas mahasiswa Undip berhasil membuat pesawat tanpa awak yang bisa mendeteksi gas beracun. 

Solopos.com, SEMARANG-Tim mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (Undip) Semarang membuat pesawat tanpa awak untuk mendeksi kadar gas beracun dalam kawah gunung berapi.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Mereka adalah Agus Sulistiyo sebagai ketua tim dengan anggota Figur Humani, Inayatul Inayah, dan Eva Yulianti
Agus Sulistiyo mengatakan pembuatan pasawat tanpa awak didasari dengan kondisi alam Indonesia yang sering terjadi bencana gunung meletus di beberapa daerah.
“Apalagi sebagian gunung, terutama yang ada di Jawa merupakan gunung berapi yang masih aktif sehingga mengeluarkan gas belerang beracun,” katanya di Semarang, Selasa (23/6/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Padahal gunung berapi itu, lanjut dia menjadi obyek wisata yang menarik wisatawan, semisal Krakatau, Tangkuban Perahu, Dieng, dan Candi Gedong Songo.
Gunung berapi tersebut perlu pemantauan lebih intensif dan efektif untuk menjaga keamanan dan keselamatan bagi wisatawan agar kejadian gas beracun di kawah Sinila, Gunung Dieng, Banjarnegara Jawa Tengah pada 1979 yang menelan ratusan korban jiwa.

“Untuk mendeteksi gas beracun dalam kawah gunung itu kami membuat pesawat tanpa awak Aquacopter dilengkapi kamera dengan empat baling-baling yang dapat begerak di air,” ungkap Agus.

Dengan dapat dapat bergerak di air, sambung dia, sehingga ketika pemantauan gas di sekitar perairan maka Aquacopter dapat turun ke permukaan air apabila daya baterai sudah hampir habis.

Sehingga Aquacopter tetap dapat bergerak di permukaan air dengan daya yang masih tersisa untuk menggerakkan satu motor. Hasil pengambilan data kadar gas dapat di pantau secara realtime melalui layar monitor di stasiun darat.
“Sasaran program Aquacopter yakni sebuah prototipe yang mampu mengirimkan data kadar gas beracun secara realtime, sehingga proses pemantauan akan lebih mudah,” tandasnya.

Inayatul Inayah menambahkan dengan menggunakan pesawat tanpa awak Aquacopter, maka untuk memantau kondisi gas beracun dalam kawah gunung tidak perlu harus rurun langsung ke lapangan.

“Apalagi jika kondisi medan lokasi pemantauan sulit dijangkau, maka dapat menggunakan Aquacopter,” ujar Inayatul.

Anggota tim lainnya, Figur Humani mengungkapkan dengan menggunakan Aquacoper maka bila terjadi musibah seperti kejadian jatuhnya seorang pendaki di kawah Gunung Merapi Magelang beberapa waktu (Eri Yunanto mahasiswa Fakultas Tekni Universitas Atmajaya, Jogja pada 16 Mei 2015) dapat dengan cepat diketahui posisinya dan kadar gas beracun.
“Dengan mengetahui posisi korban dan kadar gas beracun maka pelaksanaan evakuasi lebih akurat dan cepat,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya