SOLOPOS.COM - Para siswa SDN 5 Juwangi Boyolali saat memamerkan baju buatan tangan mereka sendiri yang berasal dari barang bekas di sekolahnya, Kamis (8/12/2022). Praktik tersebut termasuk dalam gerakan sekolah menyenangkan (GSM) sekaligus pengamalam proyek profil penguatan pelajar Pancasila (P5). (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI – SDN 5 Juwangi yang tergabung dalam komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Boyolali mengadakan School Expo, Kamis (8/12/2022). Dalam school expo tersebut, para siswa memamerkan baju dengan material bahan bekas buatan mereka dalam fashion show.

Motivator GSM SDN 5 Juwangi, Siti Mudrikah, mengatakan pembuatan baju dari bahan bekas termasuk dalam proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jadi kami memanfaatkan barang-barang bekas, jadi masuk P5 dengan tema hidup berkelanjutan pemanfaatan barang-barang bekas,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat (9/12/2022).

Ia mengatakan beberapa barang bekas yang digunakan untuk membuat baju berasal dari kardus, plastik bekas, dan koran. Siswa dipersilakan untuk mendesain dan membuat baju selama dua pekan.

Siti mengungkapkan selama proses pembuatan, guru dan wali murid juga ikut dilibatkan. Setelah baju jadi, siswa memamerkan baju karya mereka lewat fashion show yang digelar di halaman sekolah.

Baca juga: Hampir 50% Anak Kelas 3 SD di Indonesia Bisa Baca tapi Tak Paham Maknanya

Lebih lanjut, ia mengungkapkan kegiatan tersebut sebagai bukti bahwa GSM menjadi komunitas kolaborator bahwa semua guru dan sekolah adalah penggerak untuk memulai perubahan.

Imbas dari perubahan tersebut, lanjut dia, menjadi gerakan bersama untuk menciptakan komunitas belajar profesional yang inklusif.

“Jadi di GSM ini tidak ada label sekolah penggerak atau guru penggerak karena semua guru dan sekolah sama-sama pemimpin perubahan,” tegasnya.

Ia menambahkan, School Expo adalah wadah untuk potensi murid dan guru. Walau berbeda, akan tetapi diberi ruang adil untuk berkembang.

“Dan yang terpenting mengedepankan aspek dialogis, daya imajinasi dalam mengkreasikan berbagai karya agar fresh dan orisinil, serta memformulasikan sesuatu yang baru, mudah diadopsi, dan diimplementasikan, tetapi memiliki makna filosofi pendidikan yang tinggi,” jelasnya.

Baca juga: 20 Siswa SDN 3 Balepanjang Wonogiri Keracunan, Omzet Pedagang Keliling Anjlok

Sementara itu, Kepala SDN 5 Juwangi, Samto, mengungkapkan school expo bertujuan untuk penyebaran cerita titik balik perubahan mindset dan transformasi sekolah. Hal tersebut dilakukan melalui praktik-praktik baik serta pengalaman dan riset guru yang diimplementasikan dalam gerakan sekolah menyenangkan.

Expo ini, lanjut Samto, juga digelar untuk mengingatkan kembali pada nilai-nilai yang digagas GSM agar sekolah menjadi menyenangkan, membangun antusiasme belajar murid, kembali memanusiakan manusia dengan menuntun segala potensi yang dimiliki, dan mencapai kesempatan yang setara dalam mengakses pendidikan.

“Banyak masyarakat yang menganggap bahwa praktik pembelajaran yang menyenangkan hanya dapat dilaksanakan di sekolah area perkotaan saja. Namun, dengan School Expo di SDN 5 Juwangi, kami ingin membuktikan jika sekolah pinggiran pun bisa berdaya,” jelasnya.

Sementara itu, Leader Komunitas GSM Boyolali, Danang Dwi Karnanto, mengungkapkan tujuan dari komunitasnya adalah bagaimana sekolah dapat menciptakan kemerdekaan belajar anak sehingga mereka jatuh cinta pada kegiatan belajar.

Baca juga: Aksi Polisi Cilik Wonogiri Pukau Warga di Pusat Kota

Untuk membuat anak jatuh cinta belajar, maka GSM bersama sekolah akan menciptakan atmosfer yang menyenangkan dan memerdekakan pikiran siswa.

“Di Gerakan Sekolah Menyenangkan ini kami meyakini bahwa pembelajaran yang bermakna ketika anak-anak mengalami experiences yang bermakna yang ia laksanakan. Kalau biasanya sekolah hanya menjawab soal, ya bentuk-bentuk pembelajaran kami seperti wawancara, merumuskan masalah, dan melihat masalah sekitarnya, jadi mereka sebagai problem solver,” jelasnya.

Sebagai informasi, dalam School Expo di SDN 5 Juwangi Boyolali juga menampilkan hasil karya belajar siswa, tari tradisional, dan festival dolanan tradisional.

Tak hanya itu, kegiatan tersebut juga menggandeng produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masyarakat seperti batik ecoprint, keripik pisang, madu, minyak kayu putih hasil hutan Juwangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya