SOLOPOS.COM - Hasil produksi Abon Ikan Nila PPK Desa Ngrundul dalam kemasan 1 ons pada Selasa,(16/8/2022). (Istimewa/PKK Ngrundul Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mengolah ikan nila menjadi abon.

Anggota PKK Desa Ngrundul, Nukpatijah, menuturkan ikan nila di desanya melimpah. Rata-rata masyarakat setempat membudidayakan ikan nila. Oleh karena itu, PKK Desa Ngrundul memanfaatkan potensi desa yang melimpah dengan mengolah menjadi abon siap konsumsi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Gayung bersambut, pemerintah desa memberikan bantuan dana melalui dana desa untuk kegiatan PKK. Salah satunya memberikan bantuan alat untuk membuat abon ikan nila.

“Saya di sini sebagai penanggung jawab abon nila sekaligus anggota PKK. Ini sebagai UPPKS, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera,” ungkapnya kepada Solopos.com, Selasa (16/8/2022).

Dia menceritakan bahwa proses produksi sudah berjalan selama beberapa waktu ini. Setiap anggota PKK memiliki tugas masing-masing. Ada yang membeli ikan dan hahan baku lain.

Baca Juga : Ramai Diburu Warga, Ternyata Getuk Yoko Klaten Sudah Ada Sejak 1976

“Harga jual Rp250.000/kg. Kalau satu ons Rp25.000. Omzet per bulan tergantung pesanan. Paling sedikit [bisa menjual] 3 kg abon. Jadi omzet sekali produksi Rp750.000. Tapi butuh waktu,” ujarnya.

Promosi abon nila bikinan PKK Ngrundul Klaten ini melalui getok tular atau dari mulut ke mulut. Dia mengaku penjualan abon nila sempat terhambat pandemi Covid-19. Saat ini, mereka berencana memasarkan produk tersebut secara online.

“Kalau di Klaten itu kami yang pertama [bikin abon dari ikan nila]. Dulu sempat dapat pelatihan dari Dinas Perikanan Klaten. Kemarin juga laris di kantor-kantor. Sering ikut pameran yang difasilitasi pemerintah,” ujarnya.

Menurutnya, pembeli produk abon ikan nila Ngrundul Klaten tidak hanya warga Klaten, tetapi juga luar Klaten. Terutama saat ada kunjungan ke desa atau kecamatan.

“Kendala harga mahal karena disesuaikan biaya-biaya produksi. Kami tidak bermain-main dengan kualitas. Efek pandemi kemarin sempat memutus pemasaran produk abon nila ini. Jadi kami baru mulai memasarkan lagi,” ungkapnya.

Baca Juga : Asal Usul Nama Getuk Yoko Klaten, Ternyata Begini Ceritanya

Warga Ngrundul, Karwanti, menyampaikan sering membeli produk abon ikan nila dari PKK. Tetapi, menurutnya produk tersebut masih perlu dikembangkan lagi dari segi cita rasa.

“Saran masukan, harus ada pedoman untuk rasa. Misal dari perbandingan bumbu-bumbu. Jika satu kilogram abon, bawang sekian. Sudah ada takaran sendiri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya