SOLOPOS.COM - Foto sampul film Bantuan Langsung Terkorupsi (BLT). (Istimewa-Gacuk Production)

Solopos.com, SRAGEN -- Sekelompok anak muda asal Dukuh Mulyorejo, Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, melansir film pendek berjudul Bantuan Langsung Terkorupsi atau BLT.

Film BLT berdurasi 19:49 menit itu mengisahkan kehidupan sebuah pedesaan di kaki Gunung Lawu, tepatnya di wilayah Sambirejo, Sragen. Film pendek bikinan Gacuk Production itu baru dirilis di Youtube pada 21 Desember 2020 lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hingga kini, film pendek yang diilhami dari kisah nyata terkait penyelewenan bantuan sosial (bansos) selama terjadi pandemi Covid-19 itu telah ditonton lebih dari 2.000 orang.

Daftar 6 Vaksin Covid, Mana yang Tingkat Efektivitasnya Paling Tinggi?

Film ini diawali dengan kegiatan Lek Di yang merebus singkong di dapur. Singkong rebus itu ternyata menjadi menu sarapan pagi dia dan putranya yang masih duduk di bangku SD sebelum berangkat ke sekolah.

Sekolah sing pinter ya Le. Ben uripmu ki penak. Ora kaya bapakmu iki. Tapi eling, nak wes uripmu penak, aja lali karo wong awake iki. Apa maneh, mangan duwete rakyat. Kui jenenge korupsi le. Dosane gedhe,” kata Lek Di sambil membenahi dasi mungil pada seragam SD anaknya.

Membeli Ini dan Itu

Cerita kemudian berlanjut pada pergunjingan warga sekitar. Mereka curiga dengan kehidupan Pak RT yang belakangan mampu beli ini dan itu. Selain telah membeli sawah yang cukup luas, Pak RT juga baru saja membeli sebuah sepeda motor baru.

Warga Jateng Dilarang Nyalakan Petasan saat Tahun Baru!

Kecurigaan warga makin menguat setelah mereka hanya diberi uang Rp100.000/orang dari Pak RT. Padahal, nilai bantuan langsung tunai (BLT) yang seharusnya diterima warga adalah Rp600.000/orang.

Suasana memanas kala warga menggeruduk rumah Pak RT untuk meminta hak mereka yang terkorupsi. Oleh Pak Lurah, jabatan RT itu pada akhirnya harus dicopot.

“Film ini dibuat Gacuk Production untuk mengikuti Anti Corruption Film Festival (ACFFest) 2020 yang diadakan KPK. Ide cerita kami buat karena kami banyak mendengar isu di tengah masyarakat bahwa ada sebagian kecil oknum yang memanfaatkan kondisi seperti ini [pandemi] untuk kepentingan pribadi. Seharusnya BLT itu diterima penuh, namun ada beberapa masyarakat yang hanya menerima sebagian dana,” terang sang sutradara, Arif Wijayanto, kepada Solopos.com, Senin (28/12/2020).

Kapolresta Solo Minta Jogo Tonggo Bantu Identifikasi Aktivitas Terorisme

Proses pembuatan film yang melibatkan 25 orang itu menghabiskan anggaran sekitar Rp2,5 juta. Uang tersebut berasal dari iuran pribadi dari kru Gacuk Production.

Lokasi syuting film ini di beberapa kawasan di Kecamatan Sambirejo seperti Desa Jetis, Jambeyan dan Sambirejo. Ini adalah film pendek kedua yang dibikin Gacuk Production. Sebelumnya, Gacuk Production telah merilis film pendek bertema nasionalisme dengan judul Kibar.

“Kami pribadi berharap film [BLT] ini dapat menyadarkan kita bahwa korupsi itu sangatlah tidak baik. Sama halnya memakan uang rakyat dan itu sungguh dosa besar,” ucap Arif Wijayanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya