SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Penggunaan label dan asas Islam dalam ormas atau partai sah-sah saja asal tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan golongan.

“Islam itu selaras dalam ucapan, hati dan perbuatan. Apa yang diucapkan, itu yang dia percayai dalam hati dan dilakukan dalam tindakan,” kata Pembantu Rektor III Uniba Solo Dardiri Hasyim, Kamis (7/2/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jika salah satu dari tiga hal itu tidak berjalan, hal itu sudah tak segaris dengan ajaran Islam. Demikian juga dengan partai yang berasas Islam harus memiliki tanggung jawab dalam lisan dan perbuatan sesuai dengan ajaran Islam. “Tidak diajarkan dalam Islam bahwa kover tidak sesuai dengan isi.”

Pembantu Rektor I IAIN Surakarta Mudhofir Abdullah mengatakan cukup sulit bagi parpol Islam untuk dapat bertahan tanpa masuk pada kubangan-kubangan kepentingan dalam berpolitik. “Mungkin dia bertahan lima tahun, sepuluh tahun tapi itu pasti akan masuk juga. Dalam perjalanan tidak ada yang tidak ternoda.”

Terlibat dalam kasus seperti suap dan politik uang adalah salah satu risiko dan konsekuensi berpolitik.

Ia melihat asas Islam dalam partai tak lagi relevan digunakan. Islam bersifat universal dan tak seharusnya dikerdilkan dalam ruang teritorial negara atau partai. “Islam turun derajat menjadi alat pragmatis dan untuk kepentingan pribadi.”

Ia berpandangan asas Islam tetap menjadi daya tarik bagi partai untuk salah satunya menarik simpati dari massa muslim.

Meski begitu, ia melihat partai Islam sulit menang karena munculnya kecurigaan dari umat bahwa Islam hanya dipakai sebagai bahan komoditas perdagangan politik. “Partai Islam akan sulit menang karena [umat] curiga dulu, apa Islam sebagai kedok kesucian.”

Kendati demikian, ada ekspektasi besar terhadap partai Islam untuk memperjuangkan kepentingan umat sekaligus menampilkan perilaku politik islami. Namun saat partai Islam tersandung masalah suap, publik kian bertanya-tanya, masih pantaskah partai Islam mendapat kepercayaan umat muslim Indonesia.

Menurut Ketua DPD PKS Solo, Sugeng Riyanto, persoalan hukum yang menimpa mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI), belum rampung sehingga perlu dihormati asas praduga tak bersalah. Walau KPK memiliki alasan kuat menetapkan LHI sebagai tersangka, Sugeng meyakini kasus tersebut tidak benar. “Pada kasus lain iya tapi khusus ini proses masih berlangsung.”

Ia juga melihat gonjang-ganjing masalah di Jakarta tak berdampak signifikan terhadap massa PKS, khususnya di Solo. Kader PKS, katanya, masih dapat berpikir jernih dan melihat adanya banyak kejanggalan yang terjadi pada penangkapan LHI. “Yang muncul malah banyak simpati kepada PKS. Ini ada efek positifnya.”

Terkait hasil survei, ia mengamati survei yang beredar dengan menyimpulkan partai Islam mulai ditinggalkan pemilih, di bawah partai lainnya selalu muncul menjelang pemilu. “Itu berpola sejak 1999, 2004 dan 2009. Tapi pembuktiannya angka riil selalu lebih besar. Kita buktikan nanti 2014.”

Sementaraitu, Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Solo, Umar Hasyim, mengatakan beban kader partai Islam atau berbasis massa muslim jauh lebih besar daripada partai lainnya. Hal itu karena ekspektasi dan moralitas yang diusung. “Kami berbuat salah sekali, efeknya lima kali lebih besar daripada mereka [partai basis non-Islam], dan sebaliknya.”

Maka, ia dan pengurus PAN lainnya sangat berhati-hati menjaga citra partai. Jangan sampai kesalahan kecil dapat berpengaruh besar bagi kelangsungan jalannya partai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya