SOLOPOS.COM - Ilustrasi Solo Batik Carnival (JIBI/Solopos/Dok)

Solo Batik Carnival VI (Dok/JIBI/Solopos)

Solo Batik Carnival VI (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO--Dosen Fakultas Ekonomi UNS Solo, BRM Bambang Irawan, berharap Badan Pusat Statistik (BPS) mulai menghitung kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB) suatu wilayah khususnya di Kota Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau bisa mulai tahun depan sudah muncul perhitungan secara terintegrasi kontribusi ekonomi kreatif, bisa dalam konteks kepariwisataan, dalam laporan PDRB yang dibuat oleh BPS,” jelas Bambang yang juga pelaku pariwisata, di sela-sela seminar Implementasi Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Menunjang Pembangunan Indonesia, yang diselenggarakan di Aula FE UNS, akhir pekan kemarin.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut dia, selama ini belum banyak kalangan terutama akademisi yang mulai menghitung pengaruh perkembangan ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan daerah. Sebagai contoh, jelas dia, Solo Batik Carnival (SBC) yang sejak lima kali penyelenggaraan belum pernah ada yang menghitung dampaknya terhadap nilai penjualan maupun peredaran uang yang beredar selama persiapan event.

Jika SBC melibatkan 500 peserta, dan satu peserta keluar biaya hingga Rp2 juta untuk membuat kostum SBC, maka paling tidak ada uang Rp1 miliar yang beredar.  “Angka ini cukup besar dan patut mulai diperhitungkan. Belum lagi, pelaksanaan SBC ini melibatkan partisipasi anak muda secara masiv. Ini yang belum pernah dihitung dampaknya,” kata dia.

Dia yakin, ekonomi kreatif yang tumbuh belakangan ini punya pengaruh cukup besar dalam membangun ekonomi daerah. Tidak hanya ekonomi kreatif yang dilatarbelakangi bisnis namun juga ekonomi kreatif yang berbasis budaya sekalipun.  Seperti yang disampaikan Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hari Untara Drajat, ekonomi kreatif memiliki banyak subsektor. Mulai dari periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan, serta kuliner.

Hari mengatakan, secara nasional ekonomi kreatif dalam konteks kepariwisataan baru memberikan kontribusi terhadap GDP sebesar 7,74%. Sementara, subsektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap perkembangan ekonomi kreatif itu señdiri adàlàh periklanan 7%, musik 5% kemuudian percetakan dan penerbitan 4,8%.

Dia melanjutkan, di Solo produk kreatif banyak tumbuh dan mayoritas berbasis budaya dan kearifan lokal.  Kendati demikian, menurut dia, tidak semua produk kreatif itu punya nilai ekonomi. Ekonomi kreatif bisa diwujudkan asal memenuhi unsur produksi hingga bisa dipasarkan secara ritel.

“Ekonomi kreatif ini perlu dikembangkan karena sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi cukup signifikan dan mampu menciptakan iklim usaha yang positif.” Selain itu, kata dia, juga bisa menjadi ciri atau citra sebuah negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya