SOLOPOS.COM - Uang kertas Rp5 yang bereadar di Kota Solo pada 1948. (uang-kertas.com).

Solopos.com, SOLO — Kota Solo merupakan satu dari sejumlah kota di Indonesia yang pernah memiliki mata uang sendiri sebagai alat pembayaran yang sah di awal kemerdekaan.

Bank Indonesia menyebut pada awal kemerdekaan Indonesia, kondisi moneter negara ini cukup buruk. Diperkirakan, ada sekitar 4 miliar rupiah Jepang yang beredar. Sebanyak 1,6 miliar di antaranya beredar di Pulau Jawa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi moneter semakin memburuk ketika NICA dengan Sekutu menduduki kota-kota besar Indonesia dan menguasai bank-bank Jepang. Mereka kemudian mengedarkan rupiah Jepang dari bank-bank tersebut. Berita selengkapnya bisa dibaca di Penampakan Mata Uang Rupiah yang Khusus Beredar di Kota Solo pada 1948.

Baca Juga: Menyeruput Hap Hoo Tjan, Cikal Bakal Kopi Kapal Api yang Melegenda

Para pekerja rumahan menuntut perlakuan dan perlindungan sebagai pekerja atau buruh sepenuhnya. Para pekerja rumahan masih menerima diskriminasi karena tidak dianggap sebagai pekerja atau buruh yang memiliki hak dan harus mendapat perlindungan.

Pekerja rumahan adalah bagian dari kalangan pekerja/buruh yang belum sepenuhnya merasakan kemerdekaan. Mereka sejauh ini belum diakui sebagai pekerja/buruh dan belum mendapat payung hukum yang melindungi sebagai pekerja/buruh.

Mereka ingin terbebas dari kerentanan dan eksploitasi pekerjaan akibat kerugian konstitusional pada zaman modern ini. Para pekerja rumahan mengajukan uji materi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Mahkamah Konstitusi. Berita selengkapnya bisa dibaca di Pekerja Rumahan Menuntut Pemenuhan Hak Sebagai Buruh Seutuhnya.

Baca Juga: Hancur Tak Bersisa, Dua dari Tiga Bangunan Sociëteit di Solo 

Situs Petirtaan Kunden di Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten merupakan lokasi kungkum atau pemandian yang diperkirakan dibangun pada abad ke-9 hingga ke-10 zaman Kerajaan Mataram Kuno. Dinding petirtaan itu berbentuk huruf U dan di tengah-tengahnya merupakan saluran air yang alirannya bermuara ke sungai di Dukuh Kunden.

Di zaman dahulu, Kunden dan berbagai daerah di sekitarnya diyakini masih berwujud hutan belantara. Kunden merupakan daerah yang lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan berbagai daerah di sekitarnya.Kunden menjadi cikal bakal munculnya berbagai daerah di sekitarnya.

Rahadhian PH dan Fery Wibawa C dalam Kajian Arsitektur Percandian Petirtaan di Jawa (identifikasi), 2015, menyebut pertirtaan sering dipisahkan dengan candi, karena dianggap memilik fungsi yang berbeda. Namun demikian pertirtaan dapat juga dikaitkan dengan bangunan pendharmaan seperti Candi Jalatunda dan Candi Gunung Kawi. Berita selengkapnya bisa dibaca di Situs Petirtaan Kunden Klaten, Lokasi Kungkum Mataram Kuno Abad ke-9.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya