SOLOPOS.COM - Sejumlah petugas keamanan dari Dinas Pariwisata Kota Semarang berjaga untuk memastikan tidak ada kerumunan massa atau kunjungan wisatawan guna mencegah penyebaran Covid-19 di Kota Lama Semarang, Jumat (17/4/2020). (Antara-Aji Styawan)

Solopos.com, SEMARANG – Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng), Kota Semarang, disebut-sebut bakal menjadi episentrum baru kasus virus corona penyebab Covid-19 di Indonesia. Hal itu didasarkan atas tingginya kasus positif Covid-19 di Kota Semarang.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pun kaget. Meski demikian, dia tak menampik jika hal tersebut bisa terjadi. Apalagi, jika masyarakat Kota Semarang tak bisa melakukan pengendalian dalam penanggulangan Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

PKM Semarang Seketat PSBB, Ganjar Diprotes Bakul Angkringan

“Kalau masyarakat tidak disiplin, bukan tidak mungkin Kota Semarang akan benar-benar menjadi episentrum baru seperti yang diberitakan,” ujar Ganjar, Kamis (30/4/2020).

Sebelumnya, Kota Semarang bersama dua kota lainnya di Indonesia, Surabaya dan Makassar, disebut-sebut bakal menjadi episentrum baru kasus Covid-19 di Indonesia.

Jumlah PDP Covid-19 Tambah 8.661, Tanda Pembawa Virus Masih Berkeliaran

Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyusul tingginya kasus positif corona di tiga kota tersebut.
Di Kota Semarang hingga saat ini sudah ditemukan 240 kasus positif virus corona. Dari jumlah sebanyak itu, tercatat 91 pasien sembuh, dan 30 orang meninggal dunia.

Ganjar menyebut peningkatan jumlah kasus positif di Kota Semarang terbilang tinggi. Padahal, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sudah menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) untuk menekan persebaran virus corona.

Sempat Kurung Pemudik di Rumah Angker, Bupati Sragen Klaim Jurusnya Ampuh

Prediksi Kota Semarang akan menjadi episentrum virus corona di Indonesia mestinya menjadi peringatan. "Mudah-mudahan masyarakat bisa mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan. Kalau tidak, maka potensi Semarang menjadi episentrum baru akan benar-benar terjadi," imbuhnya.

PKM Tak Efektif?

Sementara itu, terkait keputusan Pemkot Semarang menerapkan PKM dan bukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Ganjar memiliki penilaian lain. Seperti PSBB di daerah zona merah Covid-19 lainnya, PKM Kota Semarang dinilai Ganjar memiliki prinsip yang sama.

Sebaran Kasus Covid-19 Per Kelurahan di Solo: Kematian Pasien Positif Bertambah

Pada prinsipnya, kedua aturan itu digunakan untuk menertibkan masyarakat dalam hal physical distancing maupun social distancing. Kedua hal itu merupakan kunci pencegahan penyebaran Covid-19 dan agar Semarang tidak menjadi episentrum baru.

"Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan hal yang sama yakni pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan. Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lainnya," tegasnya.

Sebaran Kasus Covid-19 Per Desa Sukoharjo 29 April: Pasien ke-33 dari Grogol

Kendati demikian, Ganjar menilai jika PKM yang diterapkan tidak berhasil, Pemkot Semarang bukan tidak mungkin menerapkan kebijakan PSBB. Apalagi jika Kota Semarang benar-benar menjadi episentrum baru Covid-19.

"Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya