SOLOPOS.COM - Katedral St. Pierre menghadap ke atap di pusat Jenewa, Swiss. (CNN)

Solopos.com, JENEWA — Kota Jenewa Swiss akan menaikkan upah minimum dimana nantinya bakal menjadi upah tertinggi di dunia. Para pemilih saat ini telah menyutujui proposal untuk memperkenalkan upah minimum di kabupaten atau kanton sebesar US$25 per jam atau sekitar Rp370.875 per jam.

Menilik Kemewahan Walter Reed, RS Tempat Donald Trump Dirawat

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir CNN, Selasa (6/10/2020), menurut data pemerintah 58% pemilih di kanton mendukung inisiatif untuk menetapkan ulah minimum, yaitu 23 Franc Swiss per jam atau sekitar Rp370.715. Keputusan tersebut didukung oleh koalisi serikat buruh, yang bertujuan untuk memerangi kemiskinan, mendukung integrasi sosial, dan berkontribusi untuk menghormati martabat manusia.

Upah minimum per jam yang ditetapkan diketahui lebih dari dua kali lipat upah minimum di negara tetangga, Prancis. Upah ini memberikan jaminan gaji bulanan minimum sekitar 4086 Franc Swiss atau sekitar Rp65 juta, berdasarkan 41 jam kerja seminggu. Atau 49.000 Franc Swiss sekitar Rp790 juta dalam satu tahun.

Negara Swiss tidak memiliki undang-undang upah minimun nasional. Sementara itu Jenewa adalah wilayah keempat dari 26 Kanton yang memberikan suara mengenai masalah tersebut, dalam waktu beberapa tahun terakhir. Sebelum itu wilayah yang mengajukan aturan tersebut antara lain Neuchâtel, Jura dan Ticino.

Ini Alasannya Mengapa Ketika Demam Tubuh Justru Kedinginan

Menurut keterangan penasihat Negara Jenewa Mauro Poggia kepada CNN, upah minimum baru ini akan berlaku bagi sekitar 6% pekerja kanton per 1 November mendatang.

Organisasi payung serikat pekerja di Jenewa, Communauté genevoise d’action syndicale, menggambarkan hasil tersebut sebagai kemenangan bersejarah. Hasil ini secara langsung akan menguntungkan 30.000 pekerja, yang dua pertiga diantaranya adalah perempuan.

Keputusan ini dipuji oleh Michel Charrat, yang merupakan Presiden Groupement Transfrontalier Européen, sebuah organisasi independent yang mendukung masyarakat, yang tinggal dan bekerja di perbatasan Prancis-Swiss.

Planet Mars Mendekat ke Bumi, Apa Dampaknya?

Menurut laporan Televisi France 3, langkah tersebut diambil setelah kota Swiss terpukul sangat parah oleh pandemi Covid-19. Ekonomi kota tersebut sangat bergantung dari turis dan pengunjung bisnis, yang membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Apalagi bagi mereka yang berprofesi dalam segmen jasa.

Menurut Charlemagne Hernandea, salah satu pendiri Caravane De Solidarité, sebuah kelompok aktivis di Jenewa mengatakan, kehilangan pekerjaan itu memaksa semua orang mencari bantuan, dan menyebabkan antrean panjang di distribusi makanan gratis di Jenewa.

Menurut Survei biaya hidup dari The Economis Intelligence Unit, Jenewa adalah kota termahal ke-10 di dunia. Menurut kantor Statistik Federal Swiss pada 2018, penghasilan sekitar 4000 Franch Swiss sekarang menempatkan mereka sedikit di atas garis kemiskinan, 3968 Franch Swiss untuk rumah tangga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak di bawah usia 14 tahun.

Pandemi Covid-19, Peserta BPJS Kesehatan Madiun Banyak yang Tak Sanggup Bayar Iuran

Swiss adalah salah satu negara terkaya di dunia, tetapi tidak terlindung dari dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonominya. Secara keseluruhan, kelompok pakar ekonomi pemerintah Swiss memperkirakan PDB Swiss yang disesuaikan turun -6,2% pada 2020, dan pengangguran rata-rata menjadi sekitar 3,8%, dan mengalami kemrosotan ekonomi terendah sejak 1975.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya