SOLOPOS.COM - ANTIPLAGIASI: Mahasiswa UMS berjalan di samping papan kampanye antiplagiasi di depan Gedung Perpustakaan UMS, Senin (6/2). Kampanye antikecurangan sedang marak di kampus. JIBI/SOLOPOS/Adib Muttaqin Asfar

ANTIPLAGIASI: Mahasiswa UMS berjalan di samping papan kampanye antiplagiasi di depan Gedung Perpustakaan UMS, Senin (6/2). Kampanye antikecurangan sedang marak di kampus. JIBI/SOLOPOS/Adib Muttaqin Asfar

Hampir seluruh mahasiswa di kampus UMS Pabelan hafal dengan slogan “Plagiasi adalah Kejahatan = Korupsi”. Sebenarnya kampanye yang dilakukan oleh pimpinan universitas tersebut bukan kali pertama. Jauh hari sebelumnya, kampanye ini telah dimulai oleh para mahasiswa sendiri.
“Dulu kampanye seperti ini sudah pernah dilakukan oleh para aktivis masjid kampus. Saya dan teman-teman di Fakultas Teknik juga pernah melakukannya. Waktu itu, IMM dan DPM Fakultas Teknik,” kata Nuryanto, mahasiswa Teknik Elektro UMS yang juga pernah aktif dalam salah satu organisasi di fakultas tersebut.
Bentuk kampanye yang dilakukan pun hampir sama. Mereka menyebar pamflet-pamflet bertuliskan kecaman-kecaman pada perilaku menyontek oleh mahasiswa. “Mencontek = Koruptor” atau ”Hari gini masih nyontek?”, terpampang dalam pamflet-pamflet tersebut menjelang masa ujian.
Kampanye itu diakui tidak efektif untuk mencegah para mahasiswa menyontek. Memang masih ada mahasiswa yang jujur dan berusaha tidak menyontek karena pamflet itu namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang membuat tulisan itu sendiri.
“Sebenarnya kalau dipikir-pikir tidak efektif karena mahasiswa enggak mungkin berhenti nyontek kalau mentalnya masih terbawa budaya lama,” kata Nuryanto.
Menurutnya, kampanye anticurang di kampus tidak usah dilakukan dengan menyebar tulisan berisi kecaman atau sindiran. Selama ini mahasiswa cenderung ingin menyontek karena mereka hafal dengan pola-pola soal ujian yang diberikan oleh dosen setiap tahunnya. Karena itu, para mahasiswa bisa dengan mudah membuat kisi-kisi soal sendiri dengan mencontoh soal tahun sebelumnya.
“Coba kalau dosen itu bisa lebih kreatif bikin soal. Misalnya saat ujian mahasiswa disuruh untuk menuliskan cara membuat web atau blog sederhana, pasti semua akan mengerjakan sendiri,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Presiden BEM UMS, Tohar Muchlasin. Menurutnya, kampanye antiplagiasi atau menyontek memang tidak pernah efektif selama sistem pendidikan belum berubah.
“Yang terpenting universitas harus memperbaiki sistem. Selama ini sistem pendidikan kita bukan mendidik agar mahasiswa kuat penalarannya, tapi cuma memburu ijazah,” kata mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMS ini.
Namun, sistem pendidikan ini bukan hanya tanggung jawab perguruan tinggi, melainkan seluruh lembagai pendidikan. Menurut Tohar, sejak SD pelajar diperkenalkan dengan perbuatan yang mengarah pada plagiasi seperti menyontek. Demi mendapatkan nilai baik, apa saja bisa dilakukan.
“Pendidikan kita hanya mementingkan transfer pengetahuan. Tujuannya pragmatis, cuma cari ijazah dan bukan ilmu. Akibatnya ya pelajar inginnya yang instan saja.”
Sadar bahwa kampanye lewat pamflet tidak efektif, pihaknya tidak pernah melakukannya. Menurutnya, ada beberapa tindakan yang tidak secara langsung melarang praktik curang. Beberapa tindakan itu adalah dengan menggelar berbagai diskusi ilmiah untuk menanamkan nilai bahwa tugas mahasiswa itu tidak hanya cari nilai saja.
“Intinya ini soal mental, jadi yang harus diperbaiki pada mahasiswa adalah mentalnya,” lanjutnya.
Selain soal plagiasi, sejumlah aktivis di kampus tersebut juga terus mengkritik berbagai kebijakan universitas. Dengan semangat antikorupsi, para mahasiswa sering menuntut transparansi dana yang dihasilkan dari kenaikan kenaikan SPP, uang praktikum dan beasiswa. “Selama ini kami meminta transparansi sesuai dengan UU Keterbukaan Informasi Publik,” katanya.
JIBI/SOLOPOS/Adib Muttaqin Asfar

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya