SOLOPOS.COM - Kori Kamandungan, pintu masuk utama Keraton Solo (JIBI/SOLOPOS/dok)

Jika kita memasuki kompleks Keraton Solo, setelah kita melalui Jalan Supit Urang di sisi Pagelaran dan Sitihinggil di bagian depan, kita lantas akan mencapai sebuah gerbang besar menembus dinding benteng. Setelah gerbang itu, kita akan menemukan medan terbuka di depan sebuah bangunan berteras. Di bangunan itulah terdapat pintu masuk utama menuju bagian dalam keraton. Pintu ini disebut sebagai Kori Kamandungan.

Kori Kamandungan, pintu masuk utama Keraton Solo (JIBI/SOLOPOS/dok)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kori Kamandungan dilengkapi Bangsal Kamandungan, tempat petugas Keraton berjaga dan para tamu meminta izin untuk masuk ke dalam Keraton Surakarta. Tempat tersebut ternyata memiliki filosofi yang sarat makna. Menurut Putradalem mendiang PB XII, GPH Puger, pintu gerbang Kori Kamandungan sudah ada sejak masa pemerintahan Pakoe Boewono (PB) II. “Kori Kamandungan dibangun oleh PB II, kemudian disempurnakan oleh PB III pada 1819,” kata GPH Puger. Setiap raja yang berkuasa pada masanya,sambung GPH Puger, pasti ada keinginan untuk menyempurnakan atau memberi sesuatu yang bisa jadi ciri khas pada masa pemerintahannya. “Tetapi hanya menyempurnakan saja tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya,” tandasnya.

Dijelaskan pula, kamandungan berasal dari kata ke- mandung -an, yang berasal dari kata mina dan andung -an artinya Cadangan. Di luar maupun sebelah dalam pintu terdapat Bangsal Kamandungan, tempat berjaga petugas Jajar Mendung dari golongan Keparak. Di atas pintu terdapat lukisan lambang kerajaan Sri Makuta Raja. Di sebelah muka Bangsal Kamandungan di luar pintu terdapat Bale Rata, tempat berhenti kendaraan tamu. Jika memasuki pintu Kamandungan kita akan melihat satu dua cermin besar di sisi kanan dan kiri. “Di sini kata mandung berarti berhenti. Hendaknya saat di Kori Kamandungan berhenti sejenak, menghadapi cermin besar itu atau bercermin. Bisa merapikan pakaian sebelum masuk ke Keraton, atau yang lain. Tapi filosofinya ada cermin di Kori Kamandungan untuk introspeksi,” kata Puger.

Sebelah barat Kamandungan terdapat bangunan Jawa berbentu limasan dengan serambi disebut Bangsal Smarakata, tempat ini adalah paseban atau tempat menghadap para Bupati Anom, Panewu, Mantri dan lain-lain yang disebut abdidalem (karyawan) Kraton golongan jero (dalem). Dan terdapat pula tempat latihan kesenian karawitan maupun tari-tarian.

Sebelah timur Kamandungan terdapat pula sebuah bangunan Jawa yang berbentuk limasan disebut Marcukunda, tempat ini digunakan sebagai paseban atau tempat menghadap komandan prajurit Keraton beserta perwira-perwira dan tempat jaga para perwira.

Eri Maryana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya