SOLOPOS.COM - Ilustrasi (wordpress.com)

Ilustrasi (wordpress.com)

BANTUL– Duduk di depan posko SAR Parangtritis, Rabu (26/12) siang, Didit Prayoga, 15, menatap ombak dengan mata sembab. “Saya tidak menyangka Duyut bakal pergi secepat itu,” kata siswa kelas tiga SMP N 1 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Duyut adalah panggilan Prihandoyo, 13, korban ombak Pantai Parangtritis yang hingga kemarin sore belum ditemukan jasadnya. Menurut Didit, sekitar setengah jam sebelum tergulung ombak, siswa kelas 2 di SMP N 1 Tawangmangu itu sempat meneriakkan kata happy ending.

Ekspedisi Mudik 2024

“Mungkin karena saking senangnya bisa liburan dengan bermain di pantai,” ujar Didit. Namun, takdir berkata lain. Demi menyelamatkan bola plastik yang terlempar ke pantai, remaja asal Desa Banjarsari, Tawangmangu itu justru terseret ombak besar yang datang mendadak.

Diduga, anak keenam dari delapan bersaudara dari pasangan Legimin dan Sumarti itu hilang tertelan palung laut. “Sejak berangkat dari rumah, Selasa (25/12/2012), Duyut sangat ceria. Biasanya dia pendiam, jarang ngomong,” jelas Yati, 35, salah satu dari 12 rombongan wisatawan asal Tawangmangu itu.

Yati menuturkan, rombongan tiba di Parangtritis sejak Selasa (25/12/2012) malam. Sebelumnya, mereka sempat mengisi waktu dengan jalan-jalan di Malioboro, Jogja. Di sepanjang perjalanan, Duyut banyak bercerita. Bahkan, ia sering tidak menggubris teman-temannya yang ikut nimbrung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya