<p><strong>Solopos.com, SOLO</strong> — Sebagian korban <a href="http://viral.solopos.com/read/20180831/486/936874/mengharukan-sejoli-korban-gempa-lombok-menikah-di-tenda-pengungsian">gempa bumi</a> di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) harus mengalami kisah tragis karena harus kehilangan rumah mereka dan tinggal di pengungsian. Atas kisah tragis itu, korban gempa bumi di Dusun Trengan Lauq, Desa Pemenang Timur, Kabupaten Lombok Utara sampai melarang pedagang es krim berdagang di lokasi pengungsian.</p><p>Kisah tersebut viral setelah foto papan larangan berdagang bagi pedagang es krim beredar di media sosial, salah satunya di akun Instagram <em>@lambe_turah</em>, Minggu (2/9/2018). Pelarangan berdagang bagi pedagang es krim itu bukan tanpa alasan melainkan karena pengungsi tak ingin anak mereka menangis tak mampu membeli es krim.</p><p>"Maaf, dagang es krim dilarang masuk. Kami tidak punya uang. Jangan bikin anak kami menangis lagi," begitu bunyi larangan yang terdapat pada papan di dekat pengungsian di Dusun Trengan Lauq, Desa Pemenang Timur, Kabupaten <a href="http://news.solopos.com/read/20180823/496/935647/ribuan-korban-gempa-lombok-gelar-salat-taubat">Lombok</a> Utara.</p><p>Foto papan larangan yang kemudian viral itu tak pelak mengundang perhatian netizen. Tak sedikit yang merasa iba terhadap <a href="http://news.solopos.com/read/20180823/496/935647/ribuan-korban-gempa-lombok-gelar-salat-taubat">korban gempa bumi</a> di Lombok Utara yang harus memasang papan larangan berdagang bagi pedagang es krim demi membuat anak mereka tak menangis.</p><p>Banyak yang kemudian mengaku terketuk pintu hatinya untuk segera membantu korban gempa bumi di Lombok Utara yang harus mengalami kisah tragis tersebut. Foto tersebut ramai dibagikan di berbagai akun media sosial dan telah mendapatkan puluhan ribu tanda suka dari netizen.</p>
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi