SOLOPOS.COM - Jessica Wongso di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (20/1/2016). Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum memeriksa Jessica terkait kematian Wayan Mirna Salihin yang meninggal dunia karena sianida dalam es kopi Vietnam yang diminumnya di Olivier Cafe Grand Indonesia. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Kopi bersianida menegaskan fakta-fakta soal Jessica Wongso. Ada obat-obatan dalam tas Jessica, dari obat nyeri hingga anti-depresi.

Solopos.com, JAKARTA — Ada sejumlah obat yang ditemukan dalam tas Jessica Kumala Wongso. Ada empat jenis obat diketahui di antaranya adalah obat penghilang nyeri dan anti-depresi. Hal itu terungkap dalam sidang lanjutan es kopi bersianida di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sidang menghadirkan saksi ahli toksikologi forensik dari Universitas Udayana, I Made Gelgel Wirasuta, yang juga pakar farmakologi. Made menyebutkan jenis pertama adalah sejenis kosmetik yang tidak dia ketahui peruntukannya.

Sedangkan obat kedua adalah Sandoz yang mengandung sertraline. “Sertraline ini menimbulkan efek yang secara selektif menghambat neurotransmittor seretonin, untuk hal yang paniknya luar biasa, mungkin dia sering kejang, atau yang lain,” kata Made.

Jenis obat ketiga adalah Razole yang sering dipakai untuk menekan pengeluaran asam lambung. Obat ini sering dipakai pasien yang mengalami gangguan luka lambung atau sakit mag. Selain itu ditemukan pula Nexpram yang sering dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri khususnya pada saraf.

“Apakah ini untuk disorder, masalah pada kejiwaan, atau seperti apa dia, dokter yang lebih tahu, berapa persen dokter yang tahu,” katanya. Baca juga: Sianida Masuk ke Tubuh Mirna Bersama Kopi, Ini Penjelasan Ahli.

Dalam sidang sebelumnya, dipaparkan hasil pemeriksaan psikiatri terhadap Jessica Kumala Wongso yang menunjukkan ada perilaku agresif yang bisa muncul saat dia sedang dalam tekanan. Jessica juga menunjukkan keterangan yang tidak konsisten dengan data-data dirinya saat berada di Australia.

Salah satunya, Jessica mengelak bahwa dirinya pernah masuk rumah sakit saat dia berada di New South Wales, Australia. Catatan-catatan dari penyidik dan tim psikiater forensik yang didapatkan dengan bantuan Australian Federal Police (AFP) menunjukkan Jessica pernah dilaporkan pacarnya karena merasa terganggu. Baca juga: Psikiater Forensik Sebut Keterangan Jessica Tak Konsisten dengan Data.

“Ada pacar melaporkan dirinya [Jessica] ada agresif violent order, karena emosinya tidak stabil. Hal itu membuat [pacarnya] enggak nyaman sehingga lapor ke polisi agar tidak diganggu,” kata saksi ahli psikiater forensik RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Natalia Widiasih, dalam kesaksiannya di PN Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2016).

Tim psikiater forensik RSCM mendapatkan data bahwa Jessica baik-baik saja selama kurun waktu 2007-2008. Menurut Natalia, masalah baru muncul di bulan-bulan akhir 2015, yaitu September-Desember. Saat itu, dia sedang mengalami banyak masalah yang membuat dia tidak nyaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya