SOLOPOS.COM - Puluhan ambulans terparkir di Halaman Masjid Agung Keraton Solo, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (21/12/2019) siang. (Solopos/Ichsan Kholif Rahman)

Solopos.com, SOLO -- Menjadi sopir ambulans bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan tidak hanya fisik tapi juga mental yang kuat. Emosi dan perasaan juga harus siap menghadapi situasi apa pun.

Mereka tak hanya harus berhadapan dengan kesedihan dan rasa sakit yang diderita pasien dan keluarganya. Tak jarang mereka dibuat emosi ketika harus secepatnya sampai di rumah sakit tapi terhalang pengendara lain yang tak mau mengalah memberi ruang untuk ambulans lewat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan beberapa sopir ambulans yang hadir pada acara Kopdar Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Persatuan Driver Ambulance Soloraya (Pedas) di Kompleks Masjid Agung, Solo, Sabtu (21/12/2019) siang.

Salah satu sopir ambulans asal Boyolali, Bakti Purwanto, 32, menceritakan pengalamannya sebagai sopir ambulans. Warga Sambi, Boyolali, itu mengaku pernah tak doyan makan sampai dua pekan gara-gara terbayang-bayang darah pasien yang diantarnya.

Hamil 6 Bulan, Wanita Ini Bersama Suami 35 Kali Tipu Toko Emas di Solo

Dia bercerita suatu malam dia mengantar korban kecelakaan yang kritis ke rumah sakit lain di Solo. Jantungnya berdebar, telinganya tak henti-henti mendengar rintihan serta isak tangis para keluarga korban kecelakaan bersahutan di tengah suara raungan sirene menembus keramaian jalanan Kota Solo.

Terus dikejar waktu, melihat kondisi pasien semakin kritis semakin kuat itu pula ia membunyikan klakson meminta sedikit ruang.

Kemarahan serasa meledak di dadanya ketika tak ada ruang yang diberikan pengendara lain. Air mata membanjiri dua pelupuk matanya. Tuhan berkehendak lain, pasien kritis itu meninggal dunia di tengah perjalanan.

Raungan kencang sirene kalah dengan tangis keluarga korban yang menyayat hatinya. Di luar takdir, ia turut merasa gagal menyelamatkan korban itu.

Sakura Hills Dibuka, Wisata Bunga Sakura di Tawangmangu Karanganyar

Beruntung ia memiliki rekan-rekan sesama sopir ambulans yang menyelematkannya dari depresi, keterpurukan, serta rasa bersalah. Sudah tiga kali ia gagal mengantar pasien yang seluruhnya korban kecelakaan ke rumah sakit.

Tak seluruhnya berakhir baik. Emosi sesaat keluarga sesekali menyalahkannya. Namun, ia selalu mengerti karena dalam bertugas ia berprinsip pasien yang harus ia antar adalah keluarganya.

“Beban berat sangat terasa ketika kami gagal mengantar pasien ke tempat tujuan, seharusnya pasien selamat ketika kami lebih cepat. Kesadaran masyarakat untuk memberi sedikit jalan masih rendah," jelas dia.

Kini sudah sepuluh tahun ia menjadi sopir ambulans, tak terlintas berpindah pekerjaan meski sering kali risiko terpapar pasien atau jenazah berpenyakit menular terus menyelimuti. Terus menjaga diri, menambah wawasan tentang kesehatan, serta menjalankan prosedur menjadi bekalnya mengantar pasien yang terus berganti.

Tes Kelayakan Calon Bupati Sragen PDIP, Yuni Pasrah

Ketua Pedas Soloraya, Nanang Khoironi, 30, mengatakan Kopdar Pedas diisi dengan pelatihan oleh petugas RSUD Simo berkolaborasi dengan PMI Sragen dan pelatihan safety riding ambulans oleh Satlantas Polresta Solo.

Ia menjelaskan sekitar 150 anggota beserta sukarelawan ambulans ikut pelatihan itu. “Para sopir ambulans selalu berusaha menyelamatkan nyawa tapi jangan sampai nyawa sendiri tidak diperhatikan. Pelatihan seperti ini terus kami tekankan. Misalnya, pasien terpapar penyakit menular, ambulans wajib memiliki alat untuk mencegah penularannya seperti sarung tangan, klorin, masker, dan alkohol,” ujar sopir ambulans RS Karima Utama itu.

Sementara itu, ia mengaku sudah menjadi sopir ambulans selama tiga tahun, berbagai pelatihan tentang penyelamatan hingga respons cepat terus ia ikuti. Menurutnya, menjadi sopir ambulans tak sekadar menyopir mobil.

Bleng! Tembok SD di Jumantono Karanganyar Jebol Diterjang Air Bah

Berbagai ketentuan harus dipegang teguh seperti saat membunyikan sirene atau rotator. Ada tanggung jawab untuk menyelamatkan pasien di setiap perjalanan. Dia pun berharap masyarakat semakin sadar dan memberi ruang setiap ambulans lewat.

"Coba renungkan apabila pasien yang di dalam ambulans itu keluarga sendiri. Di tengah kondisi kritis namun tidak ada ruang untuk melintas. Beruntung saat ini banyak sukarelawan membantu membuka jalan,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya