SOLOPOS.COM - Ilustrasi memasak sebagai aktivitas PRT.(Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Rencana pemerintah mengonversi kompor gas ke kompor listrik masih belum mendapat respons positif di kalangan masyarakat desa di Kabupaten Wonogiri. Menyikapi rencana konversi itu, ada warga yang ingin kembali ke cara tradisional tapi ada pula yang berharap pemerintah perlu memberi penyuluhan soal penggunaan kompor listrik terlebih dahulu.

Salah seorang warga Dusun Purwosari, Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri, Tugiman, mengaku sudah mengetahui rencana pemerintah yang akan mengonversi kompor gas ke kompor listrik. Namun, ia mengaku tak bakal ikut beralih ke kompor listrik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jika konversi itu benar terjadi, ia lebih memilih memakai cara lama, yakni memasak menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Sehari-harinya, Tugiman berjualan cendol. Ia biasa nongkrong di gerbang barat Pasar Wonogiri.

“Kayu bakar mudah dicari dan saya sudah bisa menggunakan. Kalau kompor listrik, saya rasa sulit dan kurang enak kalau digunakan memasak cendol,” ungkapnya kepada Solopos.com, Jumat (23/9/2022).

Persoalan lain yang ia khawatirkan, yakni mahalnya biaya dan sulitnya memakai kompor listrik. Di rumahnya, Tugiman hanya memakai daya listrik 450 VA. Dalam sebulan, ia menghabiskan biaya listrik sekitar Rp65.000. Jika ditambah kompor listrik, ia beranggapan biaya tersebut bakal naik drastis.

Baca Juga: Kisah Martuti, Pemilik Usaha Angkringan di Wonogiri yang Sambat Harga BBM Naik

Kalau pun penggunaan kompor itu tak membuat biaya listrik membengkak, Tugiman mengaku masih ragu. Pasalnya, ia tak begitu tahu soal penggunaannya.

“Misalkan ada sosialisasi cara penggunaan, saya pikir-pikir dulu nanti mau atau tidaknya. Tapi ya paling tetap pakai kayu bakar. Soalnya banyak, buat apa kalau enggak dimanfaatkan,” imbuhnya.

Pemakaian kayu bakar ketimbang beralih ke kompor listrik juga bakal dipilih Pujiati, warga Desa Kayuloko, Kecamatan Sidoharjo. Ia telah biasa menggunakan kayu sebagai bahan bakar memasak air dan makanan di rumahnya. Ia pun juga memakai kompor gas.

Diminta tanggapan soal akankah beralih ke kompor listrik sesuai rencana pemerintah, Pujiati justru bersikeras memilih kembali menggunakan tungku berbahan bakar kayu karena bahan itu mudah didapat.

Baca Juga: Pemkab Wonogiri Sambut Baik Inpres Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik

“Di pekarangan saya itu banyak kayu sengon. Tinggal ambil setiap hari, enggak repot. Kalau soal kompor listrik, biar suami yang mengurus. Saya enggak paham. Tapi, ya lebih baik pakai kayu saja,” ungkapnya, Jumat.

Sebagaimana diketahui, pemerintah bakal menggenjot penggunaan kompor listrik. Hal itu sebagai salah satu langkah mengatasi berlebihnya suplai listrik daripada demand atau permintaan. Selain menggenjot penggunaan kompor listrik, pemerintah menerapkan cara serupa pada kendaraan listrik.

Pemerintah akan memberi paket kompor listrik yang ditargetkan kepada 300.000 masyarakat. Paket tersebut diberikan secara gratis sebagai implementasi dari program konversi kompor listrik dari kompor gas (LPG 3 kg) pada 2022.

Pemberian paket kompor listrik diberikan kepada masyarakat yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan memiliki listrik.

Baca Juga: PLN Berharap Konversi LPG ke Kompor Induksi Jadi Penyelamat 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM, Rida Mulyana menyampaikan, harga paket kompor listrik sekitar Rp1,8 juta. Satu paket terdiri atas dua tungku, satu alat masak, dan satu miniature circuit breaker (MCB).

“Jadi satu rumah itu dikasih satu paket. Kompornya sendiri, alat masaknya sendiri, dayanya dinaikin,” ungkap Rida, seperti dikutip dari Bisnis.com, Kamis (22/9/2022).

Terpisah, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan penerima kompor induksi gratis untuk konversi elpiji ke kompor induksi tidak perlu menambah daya listrik.

Selama ini, masyarakat menilai dengan menggunakan kompor induksi, maka daya listrik akan dinaikkan dan menambah beban pembayaran listrik.

Baca Juga: Perlu Tahu, Ini Perbandingan Kompor Induksi dengan Kompor Gas

Koordinator Harga Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Ferry Triansyah pada acara Talkshow New Lifestyle with Kompor Induksi menyatakan pemerintah bersama PLN telah melakukan proyek percontohan konversi kompor elpiji ke induksi di Solo, Jawa Tengah, dan Bali untuk masing-masing 1.000 keluarga penerima manfaat dengan daya 450 VA dan 900 VA.

“Dalam pilot project ini masyarakat diberikan kompor induksi dan di-setting listriknya untuk menyesuaikan kebutuhan kompor induksi tanpa mengubah daya yang sebelumnya sudah kontrak dengan PLN,” ujarnya.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Doddy B Pangaribuan, mengatakan terkait besaran daya listrik, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan kemampuan daya listriknya saat menggunakan kompor induksi.



“Pelanggan tidak perlu khawatir listrik di rumah tidak cukup saat memasak dengan kompor induksi. Khusus penerima manfaat diberikan jalur listrik khusus untuk memasak di dapur dengan daya 2.800 watt yang hanya dapat digunakan memasak dengan kompor induksi,” jelas Doddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya