SOLOPOS.COM - Sebanyak 250 pelajar tingkat SMP dan 110 tim tingkat SMA beradu ketepatan dalam meluncurkan roket air saat mengikuti acara Kontes Roket Air Yogyakarta ke-9 dalam rangkaian Pesta Sains Jogja 2017 di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (00/09/2017). Kontes roket air yang diikuti para pelajar tingkat SMP dan SMA se DIY-Jawa Tengah ini menjadi wahana menumbuhkembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains dengan berimajinasi, melakukan percobaan, dan mengujinya meskipun dengan beragam alat sederhana. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Kontes Roket Air tingkat SMP dan SMA se-DIY-Jateng

Harianjogja.com, JOGJA — Sebanyak 361 tim dari jenjang SMP dan SMA regional DIY dan Jawa Tengah bertanding dalam kontes roket air yang diselenggarakan Taman Pintar Jogja di Stadion Kridosono, Sabtu (9/9/2017). Panitia memilih 10 tim terbaik jenjang SMP untuk mengikuti ajang roket air nasional.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Bekas botol minuman ringan mendominasi di tangan para pelajar yang berkumpul di Stadion Kridosono. Mereka berasal dari berbagai sekolah di DIY dan Jawa Tengah, terutama SMP yang mencapai 250 tim. Banyak sekolah yang mengirim siswa lebih dari satu dalam kompetisi itu, terutama yang memiliki ekstrakurikuler pembuatan roket air. Khusus kategori SMP, roket harus dibuat di lokasi kompetisi, menyesuaikan dengan aturan yang dipakai di ajang internasional. Sembilan launcher yang terkoneksi dengan kompressor disiapkan di sisi utara lapangan Kridosono dan titik lemparan yang ditandai dengan karpet bundar berada di sisi selatan. Jatuhnya roket di dalam karpet itulah yang menentukan nilai peserta. Makin dekat di titik paling tengah, maka mendapatkan poin semakin tinggi, begitu sebaliknya.

Banyaknya peserta yang andil, karena roket air makin digemari, pelajar bisa membuat dan memainkannya seperti mainan yang menyenangkan. Namun ada pelajaran di baliknya yang harus dikuasai. Salahsatunya dikenal hukum newton ketiga, aksi dan reaksi dalam pelajaran Fisika. Bahwa, sebuah benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada benda yang pertama, kedua gaya tersebut memiliki besar sama namun berlawanan. Itulah teori yang dipakai dalam peluncuran roket air, saat botol bergerak menjauh dari air atau meluncur ke atas lalu jatuh kembali tanah.

“Membuat di sini, saya bawa bahan sendiri pakai botol Pepsi,” ujar Tegar Ahmad, siswa kelas 9 MTs Negeri Borobudur Magelang saat berbincang dengan Harianjogja.com.

Tegar datang ke Jogja bersama lima teman satu sekolah, mengenakan seragam kaus yang sama dan semua ikut bertanding secara individual. Hasil karya singkatnya tak terlalu mengecewakan. Roket milik Tegar melesat, membelah udara di Stadion Kridosnono dan jatuh di dalam area yang ditentukan panitia. Jarak antara titik jatuhnya roket miliknya dengan dengan titik utama terpaut 2,10 meter. Tegar berada di peringkat ke empat dalam kompetisi itu, artinya ia tetap berhak melaju ke tingkat nasional karena masih 10 besar. Persiapan terbilang mendadak, hanya butuh waktu sehari untuk latihan sebelum bertandang ke Kridosono. Tegar mengevaluasi luncurannya. Penyebabnya, sirip roket yang ia bikin kurang simetris. Ia sepakat, jika roket air bisa menjadi hiburan sekaligus mengandung muatan pelajaran. Ada kepuasan tersendiri, ketika roket hasil buatan tangannya dapat meluncur menembus udara, apalagi tepat sasaran.

“Awalnya kami tidak tahu apa itu roket air, tetapi setelah mencoba lama-lama menyenangkan,” ujarnya.

Hal menyenangkan juga disampaikan Boby Cahya dari SMP Muhammadiyah 1 Magelang saat bermain roket. Tetapi hasil yang ia dapat tak semanis Tegar, luncuran roketnya tak tepat sasaran. Boby menjadi kompetisi itu sebagai pengalaman tersendiri agar ke depan bisa lebih baik dalam berlomba. “Luncuran pertama, masuk tekanannya terlalu tinggi, jadi kejauhan,” ujarnya seraya mengatakan telah menggeluti roket air sejak setahun terakhir melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Jumlah peserta kompetisi meningkat sekitar 34% dari penyelenggaraan kompetisi serupa di tahun sebelumnya. Animo itu seiring banyaknya kegiatan ekstra pembuatan roket air dan kompetisi rutin digelar di berbagai daerah. Panitia mengambil 10 peserta terbaik untuk mengikuti kompetisi di tingkat nasional. Dalam perhelatan itu digelar pula pameran yang menampilkan karya sains para siswa Sekolah Dasar.

“Untuk science expo ini juga dilombakan tetapi yang kami nilai bukan dari produknya, tetapi bagaimana peserta ini mengkomunikasikan ketika ditanya tentang karya yang dipamerkan,” ungkap Kepala Bidang Pengelolaan Taman Pintar Afi Rosdiana selaku penyelenggara kompetisi roket air dan science expo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya