SOLOPOS.COM - Ilustrasi laptop

Ilustrasi

JAKARTA–Nilai konsumsi peranti produk peranti lunak di Indonesia pada tahun ini diprediksi mencapai Rp3,5 triliun, sementara pada 2012, Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki) menacatat nilai konsumsi peranti lunak di Indonesia mencapai Rp3,2 triliun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Aspiluki Djarot Subiantoro mengatakan, pada tahun ini, nilai konsumsi peranti lunak tidak akan meningkat signifikan. Hal ini disebabkan oleh tren yang mengarah pada penggunaan peranti lunak sebagai layanan jasa (Software as a Services/SaaS).

“Yang pada tahun ini diproyeksi mendominasi pasar software adalah konsumsi software IT services. Untuk SaaS, nilai konsumsinya bisa meningkat 23%. Pada tahun lalu, nilai konsumsinya mencapai Rp8,5 triliun, sementara untuk tahun ini kami prediksikan mencapai Rp10,3 triliun. Sebagian besar software juga akan beralih ke IT services,” kata Djarot kepada Bisnis, Senin (11/2/2013).

Dilihat dari segmentasi pasar peranti lunak, hingga akhir 2012, pasar korporasi masih mendominasi sebesar 70%, sementara konsumer 30%. Djarot memproyeksi pada tahun ini pasar peranti lunak masih didominasi segmen korporasi sebesar 80%.

Sementara itu, berdasarkan jenis peranti lunak, Djarot memperkirakan peranti lunak untuk bisnis online atau e-commerce akan tumbuh signifikan. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan pesat jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) dan pemilik merek besar yang secara masif terjun ke bisnis dunia maya pada tahun ini. Selain peranti lunak untuk bisnis online, peranti lunak hiburan seperti permainan dan peranti lunak e-learning.

Djarot menyebutkan, pada tahun ini, bisnis peranti lunak Indonesia akan mengalami banyak tantangan, di antaranya perubahan tren penggunaan peranti lunak dari fondasional menjadi lebih modern.

“Fondasional itu seperti software akuntansi, sumber daya manusia (human resources/HR), dan enterprise resource planning (ERP), yang memang menjadi kebutuhan dasar perusahaan untuk menelusuri distribusi, penjualan. Sementara pada tahun ini kompetisinya akan mengarah ke layanan, misalnya terintegerasi ke sosial media untuk analisis data,” tambah Djarot.

Selain itu, bisnis peranti lunak juga akan menghadapi tantangan perubahan model bisnis. Djarot menjelaskan hingga saat ini di Indonesia, bisnis peranti lunak menggunakan model jual-putus atau one time charge, sementara pada tahun ini, model bisnis per penggunaan peranti lunak akan semakin berkembang.

Djarot mencontohkan model bisnis peranti lunak per penggunaan biasa dipakai perusahaan ketika menghitung gaji bulanan karyawan dan penghitungan pajak. Peranti lunak dengan model bisnis seperti ini akan menyesuaikan kebutuhan penggunanya.

“Model bisnis pay per usage ini cepat dan praktis. Pengguna tidak perlu repot, risiko kesalahan juga terbagi. Jadi lebih fleksibel dan mudah. Sementara itu, kalau jual-putus, kalau tidak cocok dengan pengguna, risikonya lebih besar,” ujar Djarot.

Tak hanya itu, Djarot mengatakan pada tahun ini pula, bisnis peranti lunak Indonesia akan lebih banyak berbasis Internet dan ditujukan untuk penggunaan mobile.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya