SOLOPOS.COM - Berbagai olahan makanan berbahan baku ikan lele dan udang ditampilkan ibu-ibu PKK se-Kulonprogo dalam acara Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) 2015 di halaman Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kulonprogo, Selasa (7/4/2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Boyolali naik dibandingkan 2015 lalu.

Solopos.com, BOYOLALI–Konsumsi ikan masyarakat Boyolali tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan 2015. Pada 2016, konsumsi ikan masyarakat Boyolali sebanyak 15 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan pada 2015 lalu, konsumsi ikan hanya 14 kilogram per kapita per tahun.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Meskipun angka konsumsi ini mengalami kenaikan namun jumlah konsumsi ikan masyarakat Boyolali tergolong masih rendah. Hal ini disampaikan Kabid Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali, Naryanto, kepada Solopos.com, pekan lalu. Menurut dia, angka konsumsi ikan masyarakat Boyolali masih di bawah angka konsumsi nasional dan provinsi.

Tingkat konsumsi ikan Provinsi Jawa Tengah mencapai 22 kilogram per kapita per tahun sedangkan tingkat nasional mencapai 32 kiogram per kapita per tahun. “Idealnya, konsumsi ikan per orang dalam setahun adalah 30 kilogram. Tingkat konsumsi ikan masyarakat Boyolali masuk kategori rendah karena faktor kebiasaan dan memang masyarakat Boyolali belum gemar makan ikan,” papar Naryanto.

Selain letak geografis wilayah Boyolali yang jauh dari laut, masyarakat Boyolali dinilai lebih suka makan daging seperti daging sapi, telur, dan daging ayam. “Padahal ikan mengandung gizi yang tinggi dan baik untuk kesehatan,” ujar dia.

Untuk menggairahkan konsumsi ikan di masyarakat Boyolali, Disnakkan melakukan gerakan memasyarakatkan makan ikan khususnya kepada anak-anak sekolah. “Program yang lain adalah meningkatkan produksi ikan tawar dengan melakukan pendampingan terhadap peternak ikan.”
Disnakkan juga mengagendakan penyebaran bibit ikan di perairan seperti Waduk Cegklik, Waduk Bade, dan Waduk Kedung Ombo (WKO).

Pada 2016, Disnakkan menebar benih sebanyak 60.000 benih yang dibiayai APBD Kabupaten Boyolali serta 250.000 benih dari APBD Provinsi Jateng. “Jenis ikan yang ditebar antara lain nila, karper, dan lele.”

Untuk itu, Naryanto berharap masyarakat tidak menangkap ikan denga alat setrum maupun racun ynag mengakibatkan matinya semua ikan baik ikan kecil maupun ikan dewasa.

Dia menyambut baik upaya salah satu desa yakni Desa Sarimulya Kecamatan Kemusu yang telah membuat peraturan desa tentang larangan menangkap ikan dengan setrum dan racun. Sementara, untuk melestarikan ekosistem ikan di Waduk Bade, masyarakat di sekitar Waduk Bade Kecamatan Klego telah menerapkan culture base fishery (CBF) yakni memancing ikan dengan menyisihkan sebagian hasilnya untuk membeli bibit ikan yang selanjutnya ditebar di Waduk Bade sehingga benih ikan tetap tersedia di waduk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya