Promosi Jadi Merek Bank Paling Berharga di RI, Nilai Brand BRI Capai US$5,3 Miliar
Direktur BBM BPH Migas Djoko Siswanto mengatakan rendahnya pertumbuhan konsumsi BBM nonsubsidi pada 2012 karena konsumsi BBM oleh PT PLN (Persero) yang terus menurun. Padahal, PLN merupakan konsumen terbesar dari produk BBM nonsubsidi. “Data ini belum tuntas diverifikasi, khususnya untuk data selama kuartal keempat 2012,” kata Djoko usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (12/2/2013).
Menurutnya, naik sedikitnya konsumsi BBM nonsubsidi pada 2012 dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya mengindikasikan kebijakan pemerintah agar konsumsi BBM PLN semakin turun tiap tahunnya telah terealisasi.
Meski konsumsi BBM PLN turun, peningkatan konsumsi terjadi pada konsumsi lain, seperti industri pertambangan, perkebunan, maupun pemerintahan, terutama di sektor BBM untuk transportasi. Menurutnya, ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah melarang konsumsi BBM bersubsidi oleh sejumlah golongan pelanggan tersebut.
Berdasarkan data BPH Migas, untuk penyaluran BBM non subsidi, PT Pertamina (Persero) masih mendominasi dengan prosentase 71,19 %. Diikuti, PT AKR Corporindo dengan 7,36 %, PT Pertamina Patra Niaga sebesar 4,58 %, dan PT Shell Indonesia dengan 3,76 %.
Kemudian, diikuti PT Petro Andalan Nusantara dengan 3,39 %, PT Jasatama Petroindo sebesar 2,74 %, PT Global Arta Borneo 0,64 %, PT Petronas Niaga Inndonesia dengan 0,48 %, PT Medco Sarana Kalibaru sebesar 0,40 %, dan PT Lautan Luas Tbk sebesar 0,18 %. Sisanya sebesar 1,53 % dari gabungan badan usaha lainnya (diluar 10 besar).
Kepala BPH Migas Andi Noorsaman Sommeng mengatakan konsumsi BBM bersubsidi pada 2012 mencapai 45,07 juta kl, naik 7,8% dibandingkan konsumsi pada 2011 sebesar 41,78 juta kl. Realisasi konsumsi BBM bersubsidi pada 2012 itu menurutnya masih lebih rendah 200 ribu kl menjadi 45,07 juta kl dari perkiraan sebesar 45,27 juta kl. Jadi, total konsumsi BBM nasional, baik BBM bersubsidi maupun BBM nonsubsidi pada 2012 mencapai 75,07 juta kl, naik 4,9% dari konsumsi BBM pada 2011 sebesar 71,52 juta kl.
Untuk konsumsi premium, pada 2012 naik menjadi 28,26 juta kl dari realisasi konsumsi pada 2011 sebesar 25,52 juta kl. Namun, realisasi konsumsi premium pada 2012 ini masih lebih rendah dibandingkan kuota yang ditetapkan sebesar 28,34 juta kl. Artinya, masih tersisa sebesar 84 ribu kl.
Untuk solar, realisasi konsumsi solar pada tahun lalu mencapai 15,63 juta kl, naik dari 2011 sebesar 14,56 juta kl. Realisasi konsumsi pada 2012 ini juga lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 15,73 juta kl.
Sementara konsumsi kerosene (minyak tanah) tercatat sebanyak 1,18 juta kl, lebih rendah dibandingkan 2011 yang sebesar 1,69 juta kl. Dibandingkan dengan perkiraan konsumsi kerosene pada 2012 pun masih lebih kecil, di mana perkiraan semula sebesar 1,20 juta kl.
Adapun badan usaha penyalur BBM bersubsidi pada 2012 yaitu Pertamina mencapai 99,64%, AKR 0,23%, Surya Parna Niaga 0,08%, dan PT Petronas Indonesia 0,05%. Sedangkan pada tahun ini penugasan penyaluran BBM bersubsidi diberikan kepada Pertamina, AKR, dan SPN. Pertamina diberikan tugas menyalurkan BBM bersubsidi sebesar 45,01 juta kl, AKR 267.892 kl, dan SPN sebesar 119.150 kl