SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengisian bahan bakar minyak jenis Premium di SPBU. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Konsumsi BBM DIY untuk jenis pertalite tergolong rendah dan masih terus digenjot

Harianjogja.com, JOGJA- Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) DIY akan segera mengurangi nozzle (corong) premium di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Ketua Hiswana Migas DIY Siswanto mengatakan, konsumis pertalite di DIY dan Jateng jauh lebih rendah dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Timur.

Ia berharap DIY dan Jateng bisa seperti Jawa Timur di mana konsumsi pertalite cukup tinggi, bahkan ada beberapa SPBU yang memang sudah tidak menjual premium.

“Di sana juga sudah tidak melayani penjualan premium dalam jeriken. Kami juga akan mengarah ke situ juga. Kami akan kurangi pelayanan ke jeriken dengan harapan mereka beralih ke pertalite,” ujar dia, Kamis (28/7/2016).

Saat ini ada 62 SPBU yang sudah menjual pertalite dari total 106 SPBU yang ada di DIY. Untuk sisanya, sebanyak 44 SPBU diharapkan segera mengikuti jejak SPBU lainnya.

Ia mengungkapkan saat ini SPBU tersebut sedang proses untuk menyediakan pertalite dan harapannya separuhnya akan mulai menyediakan pertalite pertengahan Agustus nanti.

“Kami juga akan mengurangi noozle premium dan memperbanyak pertalite untuk meningkatkan penjualan pertalite. Mulai 1 Agustus. Maksimal, setiap SPBU hanya satu atau dua nozzle premium saja. Kalau tabung pendamnya hanya satu, langsung ke pertalite saja,” kata dia.

Dengan mengurangi nozzle premium dan memperbanyak nozzle pertalite, hal itu bisa meningkatkan penjualan dan konsumsi pertalite. Jika terjadi antrean panjang di premium, masyarakat akan beralih ke pertalite.

Selama ini, kendala SPBU adalah keterbatasan sarana dan prasarana. Namun, saat ini Hiswana Migas terus mendorong anggotanya untuk mendukung program ini.

Ia mengakui investasi yang harus dikeluarkan cukup besar jika harus menambah tangki pendam, bahkan hingga ratusan juta rupiah. Namun, jika sudah memiliki tangki pendam yang cukup dan akan beralih ke pertalite, hanya diperlukan investasi di kisaran puluhan juta rupiah.

“Saat ini sebetulnya masyarakat lebih suka pertalite tapi memang jumlah SPBU penyedia belum semua. Saya kira nanti cepat balik modal karena marginnya akan lebih tinggi,” ungkap dia.

Siswanto mengungkapkan, SPBU harus berani bertindak. Ia mencontohkan, melalui pengurangan nozzle premium berdampak positif ke penjualan pertalite.

Ia mencontohkan di SPBU kepunyaannya di mana setelah ada pengurangan nozzle premium, konsumsi harian rata-rata dua hingga tiga kilo liter (KL) meningkat sampai delapan KL per hari.

“Dulu nozzle premiumnya ada enam, sekarang tinggal dua atau tiga saja. Artinya, sebetulnya masyarakat juga lebih suka pertalite,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya