SOLOPOS.COM - Pertunjukan Mahambara Gamelan siap iringi selebrasi penyerahan sertifikat UNESCO yang terbuka untuk masyarakat/umum, pada KamiS (16/9/2022) pukul 19.30 WIB, di halaman Balai Kota Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — “Mahambara Gamelan Nusantara: Gamelan Indonesia untuk Dunia” menjadi tema selebrasi penyerahan sertifikat gamelan sebagai the Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity dari UNESCO kepada Pemerintah Indonesia.

Acara perayaan akan dimeriahkan melalui tiga penampilan Gamelan D’Eselon, Konser Tribute to Rahayu Supanggah, dan Konser Paramagangsa Silang Gaya Nusantara. Pertunjukan akan disajikan oleh 200 seniman yang mewakili berbagai gaya musikal Nusantara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Acara ini terbuka untuk masyarakat/umum, pada KamiS (16/9/2022) pukul 19.30 WIB, di halaman Balai Kota Solo.
Sertifikat United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) akan diserahterimakan melalui Kementerian Luar Negeri kepada beberapa pihak: Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Direktur Jenderal Kebudayaan, dan 14 Pemerintah Provinsi pengusul gamelan untuk UNESCO: Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Lampung, Sumatera Barat, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Sertifikat asli akan disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Sebelumnya, Penetapan gamelan oleh UNESCO ini diperoleh melalui proses pengusulan yang panjang. Bermula dari inisiatif Prof. Dr. Rahayu Supanggah, S.Kar., DEA, lebih popular dengan sebutan Pak Panggah.

Dia mengusulkan gamelan untuk dicatat sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dunia, seperti pencapaian wayang, keris, dan batik yang sudah lebih dulu diakui oleh UNESCO.

Baca Juga: 200 Seniman Meriahkan Selebrasi Gamelan Jadi Warisan Dunia UNESCO di Solo

Pada 2014, Pak Panggah membentuk tim penyusun naskah akademik dari ISI Surakarta dan Komunitas Garasi Seni Benawa, yang didukung penuh oleh dua lembaga ISI Surakarta dan Yayasan Teladan Utama.

Pada 2017, gamelan dinyatakan sebagai objek WBTB yang diusulkan ke UNESCO oleh pemerintah Indonesia. Nama usulan WBTB dari semula Gamelan Surakarta dan Jogjakarta diubah menjadi Gamelan Indonesia.

Tim pengusul pun ditambah dengan melibatkan lembaga: Pusat Penelitian Kebijakan Kebudayaan dan Balai Pelestarian Nilai dan Budaya, dan didukung oleh berbagai komunitas gamelan yang tersebar di Indonesia.

Tahun 2018, Gamelan Indonesia diusulkan secara resmi ke UNESCO sebagai The Representative of the List Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Pada 15 Desember 2021 UNESCO menetapkan gamelan sebagai The Representative of the List Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Baca Juga: Lagu Sang Dewi versi Lyodra-Andi Rianto Bertahan di Puncak Trending Youtube

Konser Tribute to Rahayu Supanggah

Karya ini digelar sebagai wujud penghormatan kepada alm. Pak Panggah atas jasa-jasanya melahirkan karya-karya baru gamelan, mempopulerkan gamelan Indonesia di kancah Internasional, dan memperjuangkan gamelan sebagai warisan budaya tak benda dunia.

Hingga akhir hayat, Pak Panggah berhasil mewujudkan dan mewariskan dua impian besarnya: Internasional Gamelan Festival dan Gamelan sebagai Representatif List Intangible Cultural Heritage UNESCO.

Ada delapan karya Pak Panggah yang akan ditampilkan, antaralain: “Kebogiro Dayohe Teka”, “Amartya”, “Duet”, “Karti ni”, “Tutur Tinutur”, “Escargo”, “Jo Dirasakno”, dan “Lintang Rembulan”.

Karya tersebut akan ditampilkan oleh lima puluh orang pengrawit dan penari.

Tak hanya itu, pertunjukan juga akan dimeriahkan dengan Konser Paramagangsa yang merupakan pertunjukan kolaborasi antarkomunitas gamelan.

Baca Juga: Jurus Kepepet Rahayu Supanggah, Anak Desa yang Jadi Komponis Dunia

Berbagai perangkat gamelan, alat musik nongamelan, dan repertoar gending—yang berkembang di wilayah Surakarta, Jogjakarta, Bali, Jawa Barat, Banyumas, Blora, Banyuwangi, Kutai Kartanegara, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat—dipadukan sebagai representasi kenusantaraan.

Aneka perangkat gamelan pakurmatan (sekaten, monggang, carabalen, kodhok ngorek), gamelan ageng pelog-slendro, gong kebyar, disanding bersama perangkat ensambel gandrang Makassar, talempong, saluang jo dendang, dan gandang tambua.

Begitu pula repertoar-repertoar gending “Adangiyah”, “Pakurmatan”, “Klumpuk”, “Gati Taruna”, “Parisuka”, “Brajadenta” atau “Tabuh Gesuri”, “Tigo Sapilin”, “Serseh”, “Aru To’barani”, “Angleng Bendrong”, “Ka Abdi”, “Sepuluh-Wolu”, “Pasaya”, “Daredesan”, dan “Arus Monggang pun dirangkai. Semuanya diramu demi mewujud cita-rasa dan karakteristik Nusantara yang beragam dan kaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya