SOLOPOS.COM - Para musisi memainkan gamelan dalam Konser Gameral Akbar 2015 di pelataran Benteng Vastenburg, Solo, Sabtu (6/6/2015) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Konser Gamelan Akbar 2015 digelar di benteng Vastenburg Solo, Sabtu (6/6/2015) malam.

Solopos.com, SOLO – Lembaga Lestari Gamelan menggelar Konser Gamelan Akbar 2015 “Battle of Youth” di kompleks Benteng Vastenburg Solo, Sabtu (6/6/2015) malam, mulai pukul 20.00 WIB. Ratusan orang memadati lokasi acara untuk menikmati gelaran kedua event tahunan tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Beberapa komposer muda dihadirkan untuk memamerkan gending-gending mutakhir mereka pada venue yang didesain secara modern tanpa menanggalkan nilai ketradisian gamelan. Sisi modern terlihat dari tata cahaya dan penggunaan sound system yang menggemakan suara instrumen gamelan.

Komposer-komposer muda yang dihadirkan adalah Lukas Danasworo, Gendut Dwi Suryanto dan Yeni “Kriwil” Arama.

Ketua Lembaga Lestari Gamelan sekaligus ketua panitia acara, Begog Joko Winarso, dalam sambutannya mengatakan konser gamelan akbar malam itu diselenggarakan untuk memasyarakatkan musik gamelan yang saat ini kurang diminati generasi muda dan orang dewasa. Orang muda, menurut dia, lebih menyukai musik asing.

“Hal itu memprihatinkan,” ujar dia di hadapan para hadirin.

Menurutnya, Kota Solo memiliki banyak komposer atau empu musik gamelan/karawitan dan seniman karawitan. Mereka punya reputasi di tingkat nasional/ internasional. Namun ironisnya, banyak warga yang belum mengetahui hal itu.

“Penampilan para komponis dibuat dinamis dan ngejreng agar generasi muda bisa mengapresiasi sehingga menyukai dan menyayangi musik gamelan. Kawula muda kita tarik ke akar budaya sebagai orang Jawa atau orang Solo,” ujarnya.

Lebih lanjut, penampilan yang atraktif dari para komposer diharapkan mampu menyadarkan generasi muda kalau gamelan tak sekadar musik yang membuat mengantuk. 80 Persen penampilan malam itu diambil oleh gamelan. Sementara 20 persen sisanya adalah instrumen musik lain.

“Rohnya tetap gamelan. Gamelan bisa dinikmati dalam penampilan mandiri. Selama ini, gamelan lebih dikenal sebagai musik pengiring,” tambah Begog.

Budaya harus berkembang. Namun ia dan Lembaga Lestari Gamelan mengidamkan Kota Solo kembali menjadi pusat gamelan.
“Kami melakukan semacam konservasi gamelan. Saya mengimbau agar generasi muda mau menyukai musik asli Jawa karena gamelan mengajarkan pembentukan karakter, misalnya gotong-royong. Dia bisa dimainkan dengan musik apa pun,” ungkapnya.

Acara dibuka oleh Kepala Disbudpar Solo, Eny Tyazni Suzana, dengan memukul kenong sebanyak tiga kali.

Salah satu gending diberi nama affertuoso. Karya itu adalah hasil cipta komposer Lukas Danasmoro dan Setyawan Jayantoro. Karya musik itu karya musik instrumental dengan konstruksi futuristik. Instrumen musik primer sebagai medianya diadopsi dari perbendaharaan gamelan Jawa, Gamelan Sekaten dan Gamelan Bali.

Suara biola beritme relatif cepat dan loncatan nada ekstrem mewarnai lagu tersebut. Gamelan dan perkusi lainnya menambah semarak aransemen malam itu. Sesekali, permainan perkusi dari Lukas mendominasi musik tersebut. Namun, pada bagian
lainnya, seluruh gamelan berbunyi dengan harmoni.

Salah satu penonton, Adi Suyono, 55, menilai Konser Gamelan Akbar 2015 termasuk upaya melestarikan budaya. Inovasi musik yang dihadirkan cocok untuk mengajak generasi muda menyenangi musik gamelan.

“Seharusnya [gamelan] dikembangkan terus. Kalau tidak, bisa hilang. Inovasi seperti yang sudah terjadi pada seni pertunjukan wayang juga diperlukan agar generasi muda menyenangi seni Jawa tersebut,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya