SOLOPOS.COM - DOA UN SD-Pelajar TK Siwi Peni VI mengikuti kegiatan doa bersama di Kadipiro, Solo, Senin (7/5/2012). Mereka berharap para peserta Ujian Nasional (UN) Sekolah Dasar (SD) dapat mengerjakan soal dengan lancar. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Harianjogja.com, JOGJA-Pendidikan di Indonesia saat ini dinilai mengalami masa transisi di mana berbagai konsep dijabarkan untuk membawa pendidikan Indonesia jadi lebih baik lagi.

Menurut Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta Prof. J Sudarminto SJ, salah satu konsep pendidikan yang dinilai relevan dengan kondisi Indonesia saat ini ialah pendidikan menurut Prof. N.Driyarkara SJ. Sayangnya, konsep pendidikan menurut tokoh pendidik zaman 1950 hingga 1960-an tersebut tidak mudah diaplikasikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Konsep pendidikan Driyarkara baru gagasan awal dan masih terlalu luas. Hal ini disebabkan karena konsep pendidikan beliau bersifat filosofis,” kata Sudarminto saat mengisi Seminar Peringatan Dies Natalis Universitas Sanata Dharma (USD) ke-58 bertajuk Konsep Pendidikan Driyarkara, Kamis (12/12/2013).

Untuk itu, sambung Sudarminto, konsep pendidikan Driyarkara membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Hal itu bisa dilakukan oleh para teoritisi dan praktisi pendidikan. Tujuannya, agar pemikiran Driyarkara dapat diimplementasikan dalam proses pendidikan di Indonesia.

Dalam penilaian Sudarminto, konsep Driyarkara belum menyentuh hal-hal empirik-operasional. “Bagaimana pendidikan karakter dilakukan, bagaimana kurikulum sebaiknya ditata atau bagaimana pengelolaan proses pembelajaran yang baik, tidak disinggung dalam konsep tersebut,” jelasnya.

Sudarminto mengingatkan, persoalan pendidikan yang muncul saat ini lebih kompleks dibanding 50-an tahun sebelumnya. Sudut pandang pedagogos pada pendidikan kini tidak digunakan sehingga pendidikan secara spesifik justru tidak tersentuh.

“Meski masih perlu dijabarkan, konsep pendidikan Driyarkara masih relevan diterapkan sampai sekarang. Seperti konsep tentang hakikat pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia muda menjadi dewasa susila,” ungkapnya.

Pendidikan bagi peserta didik menurut Driyarkara, justru mewajibkan peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan. Pelajar juga diajak untuk. mampu berinteraksi dengan lingkungan alam dan masyarakat di sekitarnya. Sedangkan bagi pendidik atau guru, perlunya pendidikan guru secara khusus sebagai pendidik dan bukan hanya pengajar suatu bidang studi.

“Penguasaan ilmu bagi guru tidak cukup. Guru harus tahu fungsi edukatif bidang studi yang ia ajarkan, bisa mengajar dengan menarik dan efektif serta bersifat mendidik atau mengembangkan pribadi peserta didik sebagai manusia. Guru juga harus mampu membawa diri dan menjadi panutan peserta didiknya,” imbuhnya.

Sementara, Dosen Pendidikan Sejarah USD Jogja Anton Haryono menuturkan, pendidikan menurut Driyarkara merupakan fenomena fundamental, dimana di tiap kehidupan manusia pasti ada proses pendidikan. Pendidikan tidak bisa lepas dari persoalan komunikasi dan integrasi proses humanisasi.

“Karena berada dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki tantangan terberat terkait peralihan sosio-budaya yang terjadi dalam kehidupan manusia. Itu bisa dilihat dari nilai-nilai lama yang disangsikan padahal nilai-nilai baru belum ditemukan,” kata Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya