SOLOPOS.COM - Oei Tiong Ham. (Okezone.com)

Solopos.com, SEMARANG — Konglomerat pertama di Asia Tenggara, Oei Tiong Ham ternyata mempunyai istana di Semarang, Jawa Tengah, seluas 81 ha.

Kompleks istana tersebut membentang sepanjang Jalan Pahlawan hingga Pandanaran dan Randusari.

Promosi Presiden Jokowi Groundbreaking BRI International Microfinance Center di IKN

Dilansir Okezone.com, bangunan istana Oei Tiong Ham ini terdiri dari satu rumah induk, dua rumah berukuran lebih kecil di kiri kanan gedung utama yang dihubungkan dengan satu lorong beratap untuk menghindari panas dan hujan, yang biasa disebut Pavillion.

Baca Juga:  Mampu Turunkan Kasus dalam 2 Minggu, Penanganan Covid-19 Indonesia Diakui Dunia

Sementara itu, di belakang bangunan utama terdapat beberapa bangunan rumah yang mengelilingi kolam.

Akan tetapi, sekarang, istana konglomerat di Semarang ini hanya menyisakan sebuah bangunan yang disebut Balekambang atau dikenal sebagai gedung gula.

Sementara itu, diberitakan Liputan6.com, Oei Tiong Ham menempati istana megah itu pada usianya yang masih sangat muda, yakni 22 tahun.

Baca juga: Konglomerat Pertama Asia Tenggara Ternyata dari Semarang, Ini Sosoknya

Oei Tiong Ham melapisi lantai pada istana tersebut dengan marmer dari Itali. Karakter Tionghoa hanya ada di gerbang pelataran gedung.

Berbagai peninggalan Oei Tiong Ham di Semarang telah padat oleh permukiman dan bangunan baru. Sebagian besar peninggalan konglomerat asli Kota Lumpia ini telah hancur, salah satunya seperti gudang di Jalan Pedamaran, Kampung Tamtin, Pasar Johar, Semarang.

Istana Oei Tiong Ham di Semarang. (Liputan6.com)

Profil Singkat Oei Tiong Ham, Konglomerat Asli Semarang

Oei Tiong Ham lahir di Semarang, 19 November 1866. Semasa hidupnya, dia mendapat gelar Manusia 200 Juta Gulden, sebagaimana ditulis dalam buku Konglomerat Oei Tion Ham, Kerajaan Bisnis Pertama di Asia Tenggara yang terbit pada 1991.

Baca Juga:  Profil Margaret Vivi, Istri Konglomerat Asal Solo yang Juga Calon Mertua Boy William

Awalnya usaha Oei Tiong Ham bukan gula, melainkan perdagangan karet, kapas, gambir, tapioka dan kopi.

Usaha dari konglomerat asli Semarang ini kemudian menggurita merambah bisnis ekspedisi, kayu, properti hingga opium.

Namun, pada 1880, Oei Tiong Ham baru terjun ke industri gula setelah terjadi krisis gula sehingga banyak pabrik gula di Jawa Timur yang berutang dan tak mampu membayar.

Baca Juga: Deretan Artis Indonesia yang Punya Ukuran Dada Jumbo, Operasi atau Alami?

“Saat itu Oei Tiong Ham menerapkan kontrak bisnis. Saat itu kontrak merupakan hal langka di kalangan pengusaha China. Berbekal kontrak itu, ia kuat secara hukum dan sukses menguasai aset pengutan yang gagal bayar,” ujar sejarawan Semarang, Jongkie Tio, dikutip dari Liputan6.com, tiga tahun lalu.

Semenjak itu, ia dikenal sebagai orang yang tajir melintir dan mempunyai beragam usaha, seperti properti, bank, saham bahkan kapal. Dan usahanya tersebut juga merambah ke luar negeri, seperti Singapura, Bangkok, Hongkong, China, London, Mexico hingga New York.

Kala itu, konglomerat asal Semarang ini juga didapuk sebagai pemimpin Tionghoa di Kota Lumpia oleh Gubernur Jenderal Belanda, Mr. Baron van Heeckeren. Dengan jabatannya itu, Oei Tion Ham mendapatkan gelar Mayor de Chineezen.

Baca Juga:  Cuma di Klodran Karanganyar Ada Soto Disajikan di Cangkir, Pernah Coba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya