SOLOPOS.COM - Ilustrasi Penjara Saydnaya, Suriah (Daily Mail)

Rezim militer Suriah diam-diam mengeksekusi belasan ribu narapidana dengan hukuman gantung.

Solopos.com, DAMASKUS – Pasukan militer Suriah di bawah komando Presiden Bashar Al Asad diduga telah mengeksekusi 13.000 anggota kaum pemberontak sejak Septermber 2011 hingga Desember 2015. Menurut lembaga perlindungan hak asasi manusia, Amnesty International, mayoritas korban tewas dengan cara digantung itu merupakan pendukung pihak oposisi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dilansir Daily Mail, Selasa (7/1/2017), menurut pihak Amnesty, selama ini pembunuhan sadis itu sengaja dirahasiakan oleh pihak terkait. Pembunuhan sadis itu terjadi di ruang bawah tanah di penjara militer Saydnaya, sebelah utara Damaskus, Suriah.

Kabar tersebut diterbitkan dalam sebuah laporan Amnesty International bertajuk Human Slaughterhouse: Mas Hanging and Extermination at Saydnaya Prison (Pemenggalan Manusia: Gantung Masal dan Penyiksaan di Penjara Saydnaya).

Menurut Lynn Maalouf, wakil direktur penelitian kantor Ambnesty International cabang Beirut, Lebanon, laporan tersebut dibuat berdasarkan hasil wawancara terhadap 84 orang termasuk sipir, mantan sipir, dan tahanan. Menurut mereka, eksekusi dilakukan minimal sekali dalam sepekan. Dalam setiap eksekusi sebanyak 20 hingga 50 tahanan digantung.

Saat mendekam dipenjara, para narapidana harus terlebih dahulu mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh sipir. Bahkan, mereka diperlakukan seperti binatang. Para sipir biasanya memberi makanan kepada tahanan dengan cara melemparkan ke lantai yang kotor dan berlumuran darah. Tak hanya itu, mereka juga melakukan pelecehan seksual terhadap tahanan.

Eksekusi

Sebelum dieksekusi, para tahanan di bawa ke pengadilan militer lapangan di distrik Qaboun, Damaskus  untuk diadili selama satu sampai tiga menit. Eksekusi mati itu bahkan dilihat secara langsung oleh sejumlah pejabat, termasuk wakil Presiden Suriah.

“Eksekusi ini berlangsung setelah sidang palsu yang berlangsung sekitar satu sampai tiga menit. Tapi, tetap saja nasib mereka akan berakhir di tiang gantungan,” tutur Maalouf seperti dikabarkan The Independent.

Laporan itu menyebutkan, para tahanan akan dipindahkan ke penjara sipil sehari sebelum pelaksanaan eksekusi. Mereka kemudian dibawa ke sel bawah tanah untuk dipukuli selama dua sampai tiga jam. Kemudian, pada tengah malam, sipir akan menggiring mereka ke ruangan khusus dengan mata tertutup untuk mengumumkan pelaksanaan eksekusi.

Digantung

“Mereka akan menggantung para tahanan selama 10-15 menit sampai tewas. Tapi, jika dalam waktu itu ada yang belum mati, para algojo akan menarik kaki agar leher mereka tercekik dengan kuat. Jasad mereka kemudian dibawa ke rumah sakit untuk didata dan dikubur di kuburan masal,” tutur mantan hakim yang pernah menyaksikan eksekusi tersebut.

Menurut laporan Amnesty International, pembunuhan sadis itu merupakan tidak kejahatan keji yang dilakukan manusia. Mereka menduga sampai saat ini masih banyak tahanan yang mendekam di penjara militer Saydnaya, penjara terbesar di Suriah.

Pihak Amnesty menuding pembunuhan sadis itu telah disetujui oleh pemerintah Suriah. Sebab, hukuman mati harus disetujui oleh hakim agung, menteri pertahanan, atau panglima militer yang mewakili Presiden Bashar Al Assad. Namun, sampai laopran itu diturunkan, mereka mengaku belum menerima respons dari pemerintah Suriah atas tuduhan yang telah disampaikan sejak awal Januari 2017.

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya