SOLOPOS.COM - Ilustrasi (google img)

Ilustrasi (google img)

BEIRUT–Menandai setahun pecahnya revolusi menentang kekuasaan Bashar al-Assad, Kamis (15/3/2012), perang sipil berkepanjangan mengancam Suriah. Kekerasan berdarah terus meningkat setelah militer sulit memadamkan pemberontakan dan belum satu pun solusi politik disepakati.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Media resmi Suriah kemarin mengumumkan, pasukan pemerintah telah membersihkan “teroris bersenjata” di Idlib dan para pendukung Assad menggelar aksi dukungan di seluruh Suriah. “Keamanan dan ketenangan pikiran kembali ke kota Idlib setelah pihak keamanan membersihkan lingkungan itu dari kelompok teroris bersenjata yang meneror warga,” lapor Kantor Berita Suriah, Sana, kemarin.

Di lain pihak, para penentang Assad tak menunjukkan tanda-tanda untuk mundur dan menyerah, dengan adanya laporan bentrokan yang berlanjut di sekitar Idlib dan Homs. Bertolak belakang dengan laporan Sana, kelompok pengamat HAM Suriah berbasis Inggris mengatakan, kantong-kantong perlawanan masih bertahan di Idlib.

“Militer menguasai kontrol di jalan-jalan utama tetapi tidak di gang-gang dan jalan-jalan pintas,” ujar Rami Abdulrahman berdasarkan informasi dari jaringan warga Suriah. Utusan khusus Liga Arab dan PBB untuk Suriah, Kofi Annan, menuntut respons lebih lanjut dari Damaskus mengenai usulan perdamaian dan akan melaporkan misi diplomatiknya di Suriah kepada Dewan Keamanan (DK) PBB, Jumat (16/3/2012) waktu setempat.

Setahun setelah pecahnya revolusi Suriah, sebagai bagian dari rentetan gerakan Musim Semi Arab yang dimulai di Tunia, PBB memperkirakan lebih dari 8.000 orang tewas akibat kekerasan bersenjata. Lebih dari 230.000 rakyat Suriah terpaksa mengungsi, termasuk sekitar 30.000 orang yang melarikan diri ke luar negeri untuk mencari perlindungan.

Situasi tersebut meningkatkan kemungkinan krisis pengungsi asal Suriah. Turki mengatakan, sekitar 1.000 pengungsi Suriah telah menyeberang ke Turki dalam 24 jam terakhir, sehingga total pengungsi Suriah yang terdaftar di Turki mencapai sekitar 14.000 orang.

“Kami perkirakan jumlah itu terus bertambah selama operasi terus berlangsung di Idlib,” ujar seorang pejabat Turki.

Di Damaskus, televisi pemerintah melaporkan adanya peringatan “Maret Global untuk Suriah” guna menghormati para korban tewas oleh pemberontak. Sebuah rekaman video menunjukkan kumpulan orang di sebuah alun-alun di pusat Damaskus. Di Deraa, sebagain besar sekolah dan toko di kawasan komersial ditutup, sementara ratusan tentara berpatroli di jalanan.

Menurut penduduk, para pegawai pemerintah diperintahkan mengikuti rapat umum untuk mendukung Assad. Meskipun perekonomian terancam runtuh dan sanksi diperketat, Assad masih mendapat dukungan signifikan dari dalam negeri, terutama di dua kota utama, Damaskus dan Aleppo, serta dukungan kuat dari Iran.

Meningkatkan isolasi internasional, Rabu (14/3), Arab Saudi dan Italia mengumumkan telah emnarik duta besar mereka dari Damaskus. Para diplomat mengatakan, pertempuran telah berkembang kea rah sektarian, antara mayoritas Muslim Sunni yang berjumlah 75 persen dari sekitar 23 juta populasi Suriah, melawan sekte Alawit Assad yang hanya berjumlah 10 persen namun memegang kekuasaan secara luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya