SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, JENEWA — Putaran pertama perundingan damai soal Suriah yang berakhir Jumat (31/1/2014), mengalami kebuntuan. Kedua pihak bertikai bersikukuh dengan sikapnya masing-masing. Sementara itu, penengah perundingan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan rasa frustrasinya karena tidak dapat menghasilkan kesepakatan soal pembukaan akses bantuan bagi para warga sipil yang terperangkap di kota yang terkepung.

Diwartakan Reuters, Jumat, setelah selama satu pekan perundingan pertama antara pemerintahanan Presiden Bashar al-Assad dan pihak oposisi dilaksanakan di markas besar PBB di Jenewa, kedua pihak yang bertentangan masih terjebak pada pertanyaan tentang bagaimana melanjutkan pembicaraan. “Saya berharap pada pertemuan berikutnya, ketika kami bertemu kembali, kita akan dapat melakukan pembahasan yang lebih tersusun,” kata penengah PBB, Lakhdar Brahimi.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Brahimi merasa sangat kecewa karena iring-iringan kendaraan pembawa bantuan PBB masih menunggu tanpa hasil untuk dapat memasuki Kota Tua Homs, yang dikuasai oleh pemberontak. Juru bicara PBB Jens Laerke mengatakan perundingan masih berjalan dan kedua belah pihak di lapangan berupaya membawa iring-iringan pembawa bantuan bisa masuk ke Homs. “Tetapi sayangnya, saya baru saja menerima kabar terbaru. Pada pagi ini, iring-iringan tersebut tidak bergerak.”

Dengan tidak ada pencapaian menyangkut hal-hal substantif, para diplomat mengatakan prioritas saat ini adalah hanya menjaga proses perundingan terus berjalan dengan harapan sikap-sikap keras suatu saat bisa melunak.

Pada konferensi itu, kedua belah pihak menetapkan posisi tegas yang tidak pernah mereka berikan sebelumnya. Kedua belah pihak sepakat untuk menggunakan dokumen tahun 2012 sebagai dasar bagi pembicaraan. Namun tak lama kemudian mereka kembali memegang posisi bertentangan soal itu.

Pertemuan terakhir, Kamis (30/1/2014), sebagaimana dicatat Antara dimulai dengan sikap harmonis yang jarang ditemui, yaitu ketika semua pihak sejenak mengheningkan cipta bagi 130.000 orang yang terbunuh selama perang. Namun, kedua belah pihak dengan cepat kembali ke posisi sengketa mereka.

Delegasi pemerintah menuduh pihak oposisi mendukung terorisme karena menolak menandatangani resolusi yang menentang aksi terorisme. Damaskus menggunakan kata teroris untuk menggambarkan semua pejuang pemberontakan. Sementara negara-negara Barat telah menyatakan beberapa kelompok Islamis di kalangan pemberontak, seperti Islamic State of Iraq dan Levant (ISIL), sebagai teroris namun menganggap kelompok-kelompok pemberontak lainnya sebagai para pejuang yang sah dalam perang saudara tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya