SOLOPOS.COM - Menpora Imam Nahrawi menanggapi munculnya petisi di situs change.org agar pembekuan PSSI dicabut. Ist/liputan6.com

Konflik PSSI-Kemenpora mendorong nitizen membuat Petisi Cabut SK Pembekuan PSSI. Bagaimana tanggapan Menpora?

Solopos.com, JAKARTA — Sekitar 1.800 kalangan pecinta sepakbola meminta Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, mencabut SK Pembekuan PSSI. Imam menanggapi petisi itu sebagai harapan bahwa kompetisi harus berjalan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Petisi itu tertuang dalam website change.org (situs yang mewadahi setiap orang yang ingin membuat pernyataan kepada pemerintah), di mana sekitar 1.822 orang yang memberikan petisi kepada Presiden Joko Widodo lewat akun twitter @jokowi, dan Menpora Imam Nahrawi lewat akun twitternya @imam_nahrawi dengan judul “Cabut SK Pembekuan PSSI!”

Petisi itu dibuat oleh Ade Chandra yang mengaku suporter dan penikmat sepakbola Indonesia. Menariknya tak hanya pernyataan dukungan PSSI, pada website itu juga ada petisi yang mendukung agar PSSI tetap dibekukan, dari suporter lainnya bernama Ahmad Corpo.

Lewat petisi tersebut, Corpo membuat pernyataan dengan judul “Tetap Bekukan/Bubarkan Kepengurusan PSSI” yang ia tujukan untuk Menpora, Presiden, serta Tono Suratman selaku Ketua KONI Pusat.

Ia meminta agar pemerintah tetap melakukan langkah-langkah reformasi tata kelola sepakbola Indonesia, lalu mengganti atau membubarkan kepengurusan PSSI yang sekarang, serta menyusun kepengurusan PSSI baru yang lebih bisa dipercaya, terbuka, dan kompeten.

“Terimakasih. Saya kira itu suatu harapan dari mereka dan saya memahami bahwa itu suatu ungkapan bahwa kompetisi harus berjalan,” ujar Imam menanggapi petisi tersebut, di sela-sela halal bihalal Kemenpora, Rabu (22/7/2015).

“Tetapi perlu diingat kalau pemerintah, Kemenpora, Tim Transisi, atau pihak-pihak lain yang ingin melaksanakan turnamen tolong tidak ada yang mencegat, mencegah, apalagi menakuti klub untuk tidak terlibat. Tolong hentikan itu,” sambungnya.

Lebih lanjut, Imam mengaku sudah banyak mendengar jika daerah-daerah sudah mulai banyak membuat turnamen.

“Semakin banyak masyarakat yang membuat turnamen tentu semakin bagus. Karenanya jangan ada lagi monopoli karena terus terang itu tidak sehat. Mestinya setiap ada keinginan masyarakat untuk buat turnamen didorong,” katanya.

“Dan saya sudah mendengar dari berbagai macam daerah bahwa banyak yang membuat turnamen dari usia 10 sampai klub-klub profesional. Silakan, yang penting kita hidupkan lagi persepakbolaan Indonesia ini,” pungkasnya. (JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya