SOLOPOS.COM - PB XIII Hangabehi menahan tangis haru saat berjabat tangan dan berpelukan dengan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung (KGPHPA) Tedjowulan saat berlangsungnya penandatanganan nota kesepahaman yang menandai persemian rekonsiliasi antara antara dua raja di Balaikota Solo, Kamis (24/5/2012) lalu. (Foto: Dokumentasi)

PB XIII Hangabehi menahan tangis haru saat berjabat tangan dan berpelukan dengan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung (KGPHPA) Tedjowulan saat berlangsungnya penandatanganan nota kesepahaman yang menandai persemian rekonsiliasi antara antara dua raja di Balaikota Solo, Kamis (24/5/2012) lalu. (Foto: Dokumentasi)

SOLO—Sikap saling tuding dan perang statmen antara kubu GKR Wandansari (Mbak Moeng) dan kubu KGPHPA Tedjowulan kembali terjadi. Terbaru, menjelang Kirab 1 Suro petinggi Keraton Kasuanan Surakarta Hadiningrat saling perang statement terkait keberadaan PB XIII.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu sentana keraton yang selama ini dikenal berada di pihak Tedjowulan, GPH Suryo Wicaksono menuturkan selama ini konflik di keraton belum sepenuhnya reda. Pasalnya, selama ini lembaga dewan adat keraton masih menolak adanya rekonsiliasi.

Dijelaskan pria yang akrab disapa Ninok tersebut selama ini Mbak Moeng dinilai masih terlalu dominan dalam kepemimpinan di dalam keraton. Sementara, Hangabehi dinilai masih tidak tegas. “Itu aneh dalam keraton itu seharusnya manut sama pemimpin,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (15/11/2012).

Dia menuturkan jika kondisi tersebut tak berubah maka konflik di dalam keraton tak bakal selesai. “Sebagai seorang pemimpin seharusnya Hangabehi tegas. Mengajak dialog Moeng. Kalau Moeng tidak setuju ya diminta keluar,” ujarnya.

Diterangkannya, mestinya Hangabehi malu dengan kondisi saat ini lantaran masih ada sejumlah pihak yang tidak setuju dengan keputusan rekonsiliasi yang merupakan keputusan dari raja sebagai pimpinan tertinggi di keraton.

Di sisi lain, Ninok menyampaikan selama ini rekonsiliasi yang sudah terbentuk dianggap oleh masyarakat tidak bisa berjalan semestinya. Pasalnya, salah satu poin rekonsiliasi tersebut menyatakan Hangabehi harus membentuk lembaga baru di dalam keraton. “Sampai sekarang belum dibentuk,” tegasnya.

Disebutkannya, jika lembaga tersebut segera terbentuk nantinya berbagai hibah dari pemerintah bisa cair dan bisa digunakan salah satunya menggaji abdi dalem keraton.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, konflik internal kembali mendera Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kubu GKR Wandansari atau yang akrab dikenal Mbak Moeng menggeruduk Paku Buwono XIII Hangabehi di Sasana Narendra (kediaman Hangabehi di Keraton), Rabu (14/11/2012).

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00 WIB.

Aksi tersebut ditengarai akibat perbedaan pendapat dalam penyelenggaraan Malam 1 Sura. Hangabehi dikabarkan meninggalkan Keraton setelah sempat bersitegang dengan kubu Gusti Moeng.

“Betul, Hangabehi digeruduk kubu Gusti Moeng. Mereka memperdebatkan penyelenggaraan Malam 1 Sura,” ujar seorang kerabat keraton, GPH Suryo Wicaksono, kepada Solopos.com.

Pada bagian lain Mbak Moeng membantah pernyataan tersebut. Mbak Moeng mengatakan pihaknya tak pernah menggeruduk maupun mengusir PB XIII. Yang terjadi, jelasnya, PB XIII selama ini diprovokasi dan diadu dengan Keratonnya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya