SOLOPOS.COM - Konflik Gua Pindul/dok

Konflik Gua Pindul/dok

GUNUNGKIDUL—Konflik pengelolaan objek wisata alam minat khusus Gua Pindul masih jauh dari penyelesaian. Wacana mediasi yang selama ini digagas oleh pengelola wisata maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul justru ditanggapi dingin Atiek Damayanti.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Pemilik lahan diatas Gua Pindul itu tidak mau mediasi selama izin gangguan usaha (HO) belum diterbitkan. “Kami mau saja mediasi, tetapi kenapa izin HO yang sudah saya urus tidak keluar-keluar. Pada dasarnya kami ingin mediasi tapi masing-masing harus punya pegangan yang jelas,” katanya, Kamis (28/3/2013).

Menurut Atiek, informasi dari Pemkab yang dia peroleh menyebutkan tidak terbitnya HO karena belum lengkapnya administrasi seperti izin mendirikan bangunan (IMB) dan kesanggupan mengelola dampak lingkungan. Atiek pun mengaku siap melengkapi persyaratan. Namun, dia merasa bingung karena hanya dirinya saja yang dipersulit. Sementara kelompok pengelola Pindul selama ini tidak mengantongi izin justru dibiarkan oleh pemkab.

“Alasan demi kesejahteraan masyarakat tidak masuk akal. Bagi saya kesejahteraan itu tetap harus ada ijin dan membayar pajak. Kalau orang dibiarkan tidak bayar pajak itu bukan untuk kesejahteraan masyarakat, melainkan kesejahteraan kelompok,” tegas anak ketiga dari pasangan Hadi Wiyono dan Rakiyem itu.

Selama ini, kata Atiek, memang belum ada mediasi antara dirinya, pengelola wisata dan Pemkab. Mereka hanya sempat sesekali bertemu dengan pengelola Dewa Bejo, Subagyo sebelum konflik meledak beberapa waktu lalu.

Atiek mengatakan, selama ini dia merasa disudutkan. Dia dicitrakan seolah ingin memonopoli Gua Pindul. Menurutnya dia tidak ingin mengambil alih pengelolaan wisata di Gua yang ramai dikunjungi wisatawan sejak tiga tahun lalu itu. Atiek juga ingin sama-sama mengelola bersama masyarakat tempat kelahirannya tersebut dengan aturan main yang jelas. Tanpa aturan, kata tida, tidak menutup kemungkinan pengelola-pengelola terus bermunculan.

Saat ini selain Dewa Bejo, ada juga Wira Wisata, Panca Wisata, Tunas Wisata dan Taruna Wisata yang juga memanfaatkan Pindul. Sebagai pemilik lahan di atas gua, Atiek merasa tidak dihargai oleh para pengelola yang sudah beroperasi. Oleh karena itu, dia memberikan izin kepada salah satu pengelola, yaitu Taruna Wisata, yang didukung anggota Dewan Edy Purwanto.

Siput, kakak ipar Atiek menyatakan, Taruna Wisata datang kepada keluarga Atiek minta izin menggunakan Pindul. Keluarga akhirnya mengizinkan dengan pembagian keuntungan yang jelas. Namun belakangan, muncul spanduk yang bernada provokatif.

“Kalau pemasangan spanduk itu saya maupun Atiek tidak tahu menahu,” terang Siput.
Dia sendiri mengaku tidak nyaman dengan isi spanduk yang dipasang di sepanjang jalan menuju Gua Pindul. Sementara, Edy Purwanto saat dihubungi Harian Jogja, telepon selularnya tidak aktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya